KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Sejumlah bank sentral global mulai menarik stimulus darurat mereka. The Fed akan memperlambat program pembelian aset sekuritas Amerika Serikat lantaran telah terjadi percepatan inflasi. Bank sentral Norwegia, Brasil, Meksiko, Korsel dan Selandia Baru telah mulai menaikkan suku bunga acuan, mengutip Bloomberg, Minggu (10/10). Ketakutan pelemahan inflasi memudar meski krisis rantai pasokan, melonjaknya harga komoditas, permintaan pasca-
lockdown, stimulus yang sedang berlangsung, dan kekurangan tenaga kerja. Memang, bankir di bank sentral memiliki pekerjaan yang rumit dalam membuat kebijakan moneter. Sehingga mereka harus mengaji risiko mana yang diprioritaskan. Lantaran kebijakan moneter yang ketat akan menahan laju perekonomian,sedangkan meningkatkan permintaan akan memicu lonjakan harga.
“Saat ini bankir bank sentral memperkirakan inflasi akan bertahan lebih lama. Keseimbangan risiko saat ini bergeser ke arah kekhawatiran besar tentang prospek inflasi. Lantaran kekuatan inflasi saat ini tampaknya akan terbukti lebih tahan lama daripada yang diperkirakan semula,” ujar Huw Pill, kepala ekonom Bank of England. Kendati demikian, pejabat di Bank Sentral Eropa dan Bank Jepang masih berniat untuk terus merangsang ekonomi mereka secara agresif.
International Monetary Fund (IMF) memperkirakan inflasi akan segera turun menjadi sekitar 2% di negara maju. Ketua Fed Jerome Powell pada bulan lalu, mengatakan bank sentral AS dapat mulai mengurangi pembelian obligasi bulanan segera setelah November. Namun kenaikan suku bunga acuan akan dilakukan pada tahun depan sembari memantau tingkat inflasi di Negeri Paman Sam itu.
Baca Juga: Prospek reksadana denominasi dolar AS jelang kebijakan pengetatan moneter The Fed Namun kebijakan bank sentral itu dapat dipengaruhi oleh pergantian gubernur bank. Lantaran kepemimpinan Powell akan segera habis.Presiden Joe Biden memiliki kesempatan untuk memilih calon lain pada musim gugur AS. Lain halnya dengan inflasi Inggris yang berada pada jalur yang diprediksi oleh Bank of England (BOE) menjadi 2% pada akhir tahun. Ini memicu spekulasi BOE akan menjadi bank sentral pertama dari rekan-rekan G-7 untuk mulai melepaskan penurunan suku bunga era pandemi. Para pejabat BOE bilang tidak perlu menunggu sampai rencana pembelian obligasi selesai pada akhir 2021 untuk mulai menggerek suku bunga. Bahkan sebagian besar ekonom memperkirakan langkah kenaikan suku bunga terjadi pertama pada 2022 dengan tiga kali kenaikan. Namun, BOE masih khawatir dampak pengetatan dini akan menghambat pemulihan ekonomi. Terutama karena konsumen Inggris bersiap menghadapi musim dingin yang sulit dengan tagihan yang menumpuk.
Rapat Bank of Canada (BOC) berikutnya akan digelar pada 27 Oktober. Para ekonom memperkirakan bank sentral akan merevisi turun perkiraannya untuk kuartal ketiga setelah PDB bulanan Juli dan Agustus jauh di bawah perkiraan sebelumnya 7,3%. Meskipun lembaga tersebut diperkirakan tidak akan mengubah tingkat kebijakannya, para ekonom akan mengamati perubahan pada kecepatan pembelian aset atau panduan ke depan. Gubernur BOC Tiff Macklem telah mengurangi laju pembelian obligasi pemerintah tiga kali dalam setahun terakhir dan diperkirakan akan mengurangi pembelian aset sekali lagi bulan ini menjadi C$1 miliar dalam bentuk obligasi Pemerintah Kanada per minggu. Mungkin juga BOC akan memberikan beberapa pembaruan seputar panduan ke depannya. Saat ini BOC masih mempertahankan suku bunga rendah sampai kesenjangan
output ditutup dan inflasi kembali secara berkelanjutan ke 2%.
Editor: Handoyo .