KONTAN.CO.ID - Tentu anak-anak pun sama dengan kita yang memiliki pasang surut emosi. Kadang bahagia, kadang juga mengalami suasana hati yang buruk. Penyebabnya pun beragam, mulai dari kemurungan yang terjadi karena berantem dengan teman sebayanya, atau penurunan prestasi akademis. Namun, semasa pandemi ini, yang paling banyak ditemui adalah stres karena pembelajaran jarak jauh, kurangnya sosialisasi dengan teman-temannya, atau tugas yang menumpuk.
- Memiliki masalah di berbagai bidang kehidupan, seperti hubungan keluarga, prestasi akademik, bermain, dan persahabatan.
- Membuat komentar seperti "Andai saya tidak dilahirkan", atau "Tidak ada yang peduli jika saya pergi."
- Memiliki perilaku berulang dan menyakiti diri sendiri seperti menjambak rambut atau melukai kulitnya.
- Mulai merasa buruk tentang diri sendiri, kurang percaya diri.
- Menarik diri dari keluarga, teman, atau aktivitas yang biasa mereka nikmati.
- Memiliki perubahan yang signifikan pada kebiasaan tidur atau nafsu makan.
- Menunjukkan kekhawatiran yang berlebihan tentang masa depan.
- Lebih sering terlibat dalam perilaku negatif. Membicarakan atau melakukan segala jenis tindakan menyakiti diri sendiri.
- Berbicara secara eksplisit tentang bunuh diri.
- Mengekspresikan keputusasaan.
- Membenci banyak hal, termasuk orang lain dan dirinya sendiri.