Tanda-Tanda Resesi Eropa Semakin Jelas Terlihat



DUBLIN. Perekonomian Eropa diprediksi akan mengalami resesi untuk pertama kalinya dalam 15 tahun terakhir pada kuartal tiga 2008. Berdasarkan nilai tengah 39 ekonom yang disurvei Bloomberg, Produk Domestik Bruto (PDB) 15 negara di Eropa mengalami penurunan 0,2% pada kuartal tiga dibanding kuartal sebelumnya yang juga mengalami kontraksi atau tekanan sebesar 0,2%.

Adanya kontraksi selama dua kuartal inilah yang akan menandakan Eropa mengalami resesi sejak mata uang euro diluncurkan hampir sepuluh tahun lalu.

Catatan saja, perekonomian Jerman mengalami tekanan 0,5% pada kuartal tiga lalu. Angka tersebut lebih tinggi dari yang diprediksi dan menandakan Jerman pun juga tengah memasuki resesi terburuk dalam 12 tahun terakhir. Berdasarkan pooling terpisah terhadap para ekonom, kemungkinan, perekonomian Italia, Prancis dan Spanyol juga akan mengalami kondisi serupa pada kuartal III.


Di Eropa, situasi memang kian memburuk. Konsumen dan perusahaan mengalami pukulan hebat seiring dengan anjloknya penjualan dan laba. Hal tersebut yang kemudian memaksa bank sentral Eropa kembali memangkas suku bunga acuannya dalam kurun tercepat dalam sejarah Eropa. Selain itu, Pemerintah Eropa juga sudah meluncurkan beberapa program stimulus keuangan.

Para ekonom juga memprediksi, melempemnya perekonomian Eropa akan berlangsung lebih lama dibanding AS dan Asia. Bank of America Corp dan Deutsche Bank AG memprediksi, perekonomian Eropa bakalan lebih mengerucut lagi pada 2009 dan tidak akan mengalami pertumbuhan yang signifikan hingga akhir tahun mendatang.

“Perekonomian Eropa semakin menurun. Dan sepertinya, tekanan terhadap perekonomian akan berlangsung selama dua tahun ke depan,” jelas Paul Donovan, ekonom UBS AG di London. Hal ini berarti, bank sentral memiliki banyak ruang untuk memangkas tingkat suku bunganya dan pajak di tengah krisis finansial terburuk sejak Great Depression.

“Kawasan Eropa sudah mengalami resesi. Tingkat inflasi diprediksi akan menjinak dan hal itu akan memberi ruang gerak bagi bank sentral Eropa untuk memangkas tingkat suku bunganya,” jelas Ewald Nowotny, anggota ECB di Brussels.

Para investor berharap, ECB akan memangkas suku bunga acuannya, paling tidak sebesar 0,5% pada pertemuan berikutnya yang dijadwalkan berlangsung 4 Desember.

Ekonom Fortis dan Morgan Stanley merevisi prediksi mereka tentang penurunan suku bunga ECB menjadi 2% tahun depan. Sementara, Deutsche Bank memprediksi suku bunga ECB sebesar 1,5%, yang merupakan terendah untuk pertama kalinya. 

Sementara itu, beberapa negara dengan perekonomian besar lain juga mengalami kondisi yang serupa dengan Eropa. Perekonomian AS mengalami kontraksi 0,1% pada periode yang sama, setelah mengalami kenaikan 0,7% pada kuartal dua karena adanya paket stimulus penyelamatan AS.

Di Inggris pun tak jauh berbeda. Perekonomian negara yang dipimpin Ratu Elizabeth ini merosot 0,5%, yang menandakan penurunan pertama dalam 16 tahun terakhir.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie