JAKARTA. Kota dan Kabupaten Tangerang, Banten, berpotensi menjadi mitra strategis ibu kota Indonesia. Hal ini akan terwujud jika Tangerang dapat mengisi kekosongan yang dialami Jakarta. Demikian hal tersebut diungkapkan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna kepada wartawan di Jakarta, Rabu (13/9). Menurutnya, ketimpangan pendapatan daerah yang terjadi saat ini dapat diminimalisir dengan menggali potensi-potensi daerah yang dapat dikembangkan dengan tepat, sehingga dapat memposisikan Tangerang sebagai pengisi kekosongan dari Jakarta. “Sebetulnya, Tangerang itu kota metropolitan yang berpotensi menjadi mitra Jakarta, tetapi Tangerang tidak boleh dibawah bayang-bayang Jakarta dan harus bisa menjadi mitra kolaborasi dalam kerjasama di banyak hal,” tegasnya.
Yayat menambahkan, pengembangan sisten transportasi kereta api bandara yang saat ini sedang dikembangkan dapat menjadi pintu masuk Tangerang untuk berkembang menjadi kota kelas dunia. Transportasi dan konektivitas yang baik tersebut dapat membuka potensi bagi Tangerang untuk memaksimalkan pertumbuhan potensi-potensi daerahnya di berbagai sektor. “Tangerang itu punya potensi, ketika transportasi dikembangkan. Artinya dengan adanya KA Bandara, Tangerang punya kemampuan untuk mengelola stasiun-stasiun yang dilewatinya. Bisa saja nanti stasiun Tangerang itu juga ada transit oriented development (TOD) dan bukan sekadar sebagai lintasan dari Jakarta saja,” imbuh Yayat. Secara jangka panjang, lanjut dia, Tangerang dapat berkembang menjadi kota terintegrasi pendamping ibukota Jakarta yang mampu menjawab apa yang yang dibutuhkan Jakarta sekaligus menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang dialami Ibukota. Selain itu, Tangerang dapat menjadi kota mandiri kelas dunia sekaligus gerbang transit yang akan memberikan kemudahan akses ke kota-kota maupun pusat bisnis di daerah sekitarnya. Transportasi dan konektivitas akan menarik bisnis, industri dan aktivitas sosial serta ekonomi untuk tumbuh semakin pesat. Tangerang dapat menyambut potensi ini dengan menjalin kerjasama ekonomi atau sejumlah sinergi terkait pengembangan permukiman, perkantoran, hingga pusat komersial dan industri. Sinergi tersebut dapat juga dengan mengajak mitra swasta sehingga menyokong pembiayaan di luar Anggaran Daerah. Kolaborasi ini diyakini dapat menciptakan multiplier effect yang luas. Yayat yakin, dengan adanya pembangunan Kota Tangerang yang terintegrasi mampu mengurangi kepadatan di Ibukota karena waktu tempuh ke pusat jantung ekonomi Indonesia dapat dilakukan dalam 30 menit. Pemerintah daerah pun harus mampu melihat peluang ini dengan menjadi kepanjangan tangan dari investor ke PT Kereta Api Indonesia dan lainnya. Potensi industri kreatif cukup besar Tangerang juga dapat dikembangkan sebagai high tech industry dengan berbagai industri kreatif di dalamnya, bukan industri berat atau polutan. Pengembangan bisa juga berupa pergudangan yang dapat dimanfaatkan dengan baik. Dengan demikian, pelaku bisnis tidak lagi pusing mencari toko di tengah maraknya industri logistik Indonesia. “Ketika Tangerang bisa menyediakan tempat usaha bagi industri ekonomi kreatif dengan pusat perdagangan itu sangat luar biasa," tegas Yayat. Direktur Edukasi Ekonomi Kreatif Badan Ekonomomi Kreatif (Bekraf Poppy) Savitri menimpali, pihaknya tengah melakukan edukasi industri kreatif di daerah-daerah dengan mengirimkan ahli-ahli di bidangnya untuk menggali potensi yang dimiliki daerah-daerah di seluruh Indonesia. Dia mengungkapkan, untuk mengembangkan suatu daerah perlu dilakukan riset mendalam guna melihat lebih jauh potensi apa yang dimiliki daerah tersebut.
“Misalnya daerah itu unggul di batik sehingga kirim desainer-desainer, lalu daerah lain unggul di batubara tapi yang mengelola yang bukan masyarakat sehingga mereka tetap tidak maju. Untuk itu perlu dicari potensi lain yang ada mulai dari sumber daya manusia hingga alamnya,” terangnya. Dia menambahkan, potensi yang ada itu dapat membangun ekosistem berkesinambungan sehingga ada benang merah yang menyatukan semuanya dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan. “Jadi mereka tidak perlu melakukannya ke Jakarta tapi bisa dilakukan di daerahnya sendiri sehingga sistem yang dibangun bisa berjalan seterusnya dan masyarakat harus merasa memiliki dan terus berkesinambungan menjaga ekosistem yang diciptakannya tersebut,” pungkas Poppy. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan