Tangkal berita hoaks jelang pemilu, Uni Eropa kucurkan dana US$ 2,1 juta



KONTAN.CO.ID - BRUSSELS. Komisi Uni Eropa menginginkan Facebook, Twitter dan Google untuk melaporkan secara teratur terkait berita palsu atau hoax maupun disinformasi berita dalam masa kampanye jelang Pemilihan Eropa pada bulan Mei 2019. Melansir berita yang dimuat dw.com, Minggu (9/12), Uni Eropa menjadikan Rusia sebagai salah satu sumber penebar berita bohong di Eropa.

Lima bulan sebelum pemilihan Eropa pada bulan Mei, eksekutif Uni Eropa sudah mengusulkan lebih dari dua kali lipat anggaran Komisi untuk mengatasi disinformasi dari EUR 1,9 juta atau setara US$ 2,1 juta hingga mencapai EUR 5 juta.

"Disinformasi adalah bagian dari doktrin militer Rusia dan strateginya untuk memecah dan melemahkan Barat," kata Andrus Ansip, Wakil Presiden Komisi Uni Eropa. Rusia sendiri diperkirakan sudah menghabiskan dana sebesar EUR 1,1 miliar setiap tahun untuk media pro-Kremlin menurut mantan perdana menteri Estonia tersebut.


"Kami telah melihat upaya untuk ikut campur dalam pemilihan dan referendum, dengan bukti mengarah kepada Rusia sebagai sumber utama dari kampanye negatif ini," tambahnya.

Dengan dana ekstra ini, Uni Eropa juga akan mempekerjakan lebih banyak staf dan peralatan di Brussels dan di antara delegasi Uni Eropa ke negara-negara ketiga. Tujuannya, agar data dan analisis pada kampanye propaganda dapat dibagi di antara negara-negara anggota Uni Eropa.

Mekanisme peringatan cepat (rapid alert) yang disiapkan ini akan memberikan peringatan kepada Pemerintah untuk menangkis kampanye negatif tersebut.

Komisi juga menyerukan Facebook, Google, Twitter, Mozilla dan asosiasi perdagangan periklanan untuk bertindak dengan cepat dan efektif atas berita disinformasi tersebut dengan menutup akun palsu dan memblokir pesan yang disebarkan secara otomatis oleh bot.

Komisioner Komisi Keadilan Uni Eropa, Vera Jourova mengatakan pihaknya akan menekan raksasa online untuk memenuhi komitmen mereka. Salah satunya dengan sanksi yang akan dijatuhkan bila para raksasa internet tersebut tak memenuhi dan menandatangani kode etik Uni Eropa.

"Kami menghadapi perang digital dan Eropa tidak boleh tinggal diam," tambah Jourova.

Facebook dinilai memiiki peran penting untuk meredam dan melawan informasi yang salah dan manupulasi oleh aktor asing yang mencoba mempengaruhi pemilihan di seluruh dunia.

Keseriusan Uni Eropa ini juga datang atas banyaknya klaim kampanye negatif yang dilakukan Rusia selama pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) tahun 2016 silam.

Namun, rencana komisi ini masih harus disetujui oleh para pemimpin Uni Eropa. Jika mendapat lampu hijau, sistem ini sudah bisa beroperasi pada bulan Maret mendatang.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie