JAKARTA. Potensi ancaman wabah penyakit menular berbahaya atau yang disebut dengan
emerging and re-emerging pandemic threats semakin besar apalagi dengan menurunnya kualitas lingkungan hidup manusia. Misalnya wabah Ebola yang melanda beberapa negara Afrika, Middle East Respiratory Syndrome (MERS)-CoV di beberapa negara Timur Tengah, flu H7N9 khususnya di Tiongkok, flu babi di Meksiko dan flu burung diberbagai dunia. Kementerian Kesehatan melakukan beberapa upaya untuk menanggulangi penyakit tersebut. Antara lain dengan membuat peraturan perundangan yang memuat ketentuan soal deteksi dini atau
early detection penyakit menular.
Pelaksana tugas (Plt) Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Agus Purwadianto mengatakan, banyak yang dilakukan Kemkes untuk pengendalian penyakit tidak hanya di dalam negeri tapi juga luar negeri. "Misalnya kasus Ebola, kita lakukan komunikasi supaya negara lain juga melakukan pengawasan di pintu keluar," kata Agus di kantor Kemkes, Jumat (15/8). Kemkes berupaya mendeteksi ancaman sejak awal dengan meluncurkan, memperkuat dan mempererat jaringan global real time. Dengan cara itu jika ada ancaman penyakit bisa diketahui dengan cepat. Selain itu juga meningkatkan fasilitas perawatan yang mampu menganalisa informasi, sistem laboratorium yang bisa mendeteksi penyakit berbahaya. Pengembangan SDM, dengan melatih dan menyebar tenaga ahli yang bekerjasama dengan peneliti penyakit dan ilmuwan lanboratorium. Agus menambahkan bahwa respon yang cepat diperlukan dengan kerjasama dengan berbagai negara. Caranya dengan mengembangkan jaringan global yang saling terhubung dengan Pusat Operasi Darurat. "Ada tim yang terlatih dan memiliki akses terhadap informasi real time," ujarnya.
Upaya lain yang dilakukan adalah Indonesia menjadi tuan rumah untuk International Health Regulation (IHR) dari WHO. Acara ini bekerjasama dengan Kemenkokesra, Kemenkes, dan Kementan. Ini menjadi agenda penting karena jika kondisi ketahanan ekonomi global aman jika penduduknya sehat. Sebagai ilustrasi, 11 tahun lalu SARS menelan biaya US$ 30 miliar hanya dalam waktu 4 bulan. Juga penyakit anthrax pada 2001 menyerang 22 orang dan perlu lebih dari US$ 1 milyar untuk membersihkannya. Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang dr. Andi Muhadir Kementerian Pertanian mengatakan, upaya pencegahan ada pembangunan sistem informasi kesehatan hewan online di empat provinsi yaitu Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Jawa Barat dan Bali. Selanjutnya akan dikembangkan di 13 provinsi lainnya. "Jadi jika disuatu daerah ada kasus bisa langsung dilaporkan saat itu juga dan ditangani secara cepat agar tidak menyebar," kata Andi. Kerjasama global memang diperlukan untuk melindungi kesehatan masyarakat dan komitmen internasional sebagai tanggung jawab dalam mencegah penyebaran penyakit. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Uji Agung Santosa