KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah tantangan ketidakpastian ekonomi global dan geopolitik, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memetakan tren perbankan tahun ini. Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menyebut lewat tren itu, bank bisa menangkap peluang serta melakukan mitigasi risiko. “
Pertama, suku bunga diproyeksikan tetap tinggi hingga semester pertama 2023. Sehingga, berpotensi meningkatkan persaingan dalam menghimpun dana murah dan meningkatkan
cost of fund (biaya dana) perbankan,” ujar Darmawan dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI Pada Selasa (28/2).
Kendati demikian, Bank Mandiri memperkirakan pada akhir tahun suku bunga kredit perbankan akan terus melandai. Darmawan menambahkan kondisi suku bunga yang melandai akan berlanjut di tahun-tahun berikutnya. “
Kedua, normalisasi harga komoditas terutama batu bara dan CPO sehingga berpotensi menurunkan permintaan kredit terutama pada segmen korporasi.
Ketiga, peluang pertumbuhan pada pembiayaan proyek hilirisasi untuk meningkatkan
value added ekspor Indonesia yang sejalan dengan fokus pemerintah,” tambahnya.
Baca Juga: Mengintip Ketahanan Permodalan Bank BUMN yang Diklaim Kokoh Keempat, bos Bank Mandiri ini melihat perbankan akan terus mengintegrasikan pembiayaan berkelanjutan ke dalam pengembangan bisnis dan operasional bank. Hal ini dapat dilakukan dengan peningkatan pembiayaan hijau dan turut membangun ekosistem ekonomi hijau. Darmawan menyatakan Bank mandiri mencetak laba bersih senilai Rp 41,2 triliun di sepanjang tahun 2022. Nilai itu tumbuh 46,89% dari posisi 2021 sebesar Rp 28,02 triliun. Ia menjelaskan kinerja yang solid ini tak terlepas dari kondisi makro ekonomi yang membaik. Lalu didukung oleh kebijakan strategis pemerintah dan regulator dalam menjaga stabilitas perekonomian. Tercatat, hingga akhir 2022, kredit secara konsolidasi perseroan mampu tumbuh positif sebesar 14,48% secara tahunan alias
year on year (YoY) dari Rp 1.050,15 triliun menjadi Rp 1.202,2 triliun. Bank Mandiri optimistis pertumbuhan kredit di tahun 2023 mampu tumbuh di kisaran 10%-12% secara YoY. Tentunya, dengan tetap menekankan sisi kualitas, yakni fokus pada sektor-sektor yang prospektif, resilient, dan memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang.
“Selain dari perspektif sektoral, kami juga terus mengoptimalkan bisnis turunan dari ekosistem nasabah
wholesale dan sektor unggulan di masing-masing wilayah,” terang Darmawan. Berkat pencapaian kredit itu, total aset Bank Mandiri secara konsolidasi pun berhasil menyentuh Rp 1.992,6 triliun atau tumbuh 15,5% secara tahunan.
Total aset tersebut juga menjadi rekor terbesar sepanjang sejarah perseroan. Pencapaian kredit Bank Mandiri tahun lalu pun melampaui pertumbuhan kredit secara industri sebesar 11,35% di tahun 2022 lalu. Bila dirinci berdasarkan segmennya, kredit Bank Mandiri didominasi oleh kredit korporasi yang mencapai Rp 414,1 triliun, pada akhir 2022, tumbuh 11,8% dari periode tahun sebelumnya Rp 370,2 triliun. Kinerja intermediasi itu diimbangi dengan kualitas aset yang mengalami perbaikan secara bank only. Per akhir 2022, rasio
non performing loan (NPL) Bank Mandiri secara bank only berhasil menurun sebesar 93 basis poin (bps) secara YoY ke level 1,88%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari