KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Rusia sedang mengembangkan jaringan balon udara untuk menangkis serangan drone Ukraina. Strategi ini terinspirasi dari taktik yang digunakan pada Perang Dunia I dan II. Mengutip Business Insider, hal itu diungkapkan oleh Polina Albek, direktur umum perusahaan kedirgantaraan Rusia, First Airship, yang mengembangkan jaringan tersebut. "Aktivitas utama kami adalah membangun kapal udara kargo, tetapi hari ini, berdasarkan pengalaman nenek moyang kami, kami telah menciptakan sistem pertahanan 'penghalang'," lapor kantor berita pemerintah Rusia, RIA Novosti.
Balon-balon itu dirancang untuk naik secara berurutan hingga 300 meter (984 kaki) sebelum menjatuhkan jaring setinggi 250 meter (820 kaki) yang dirancang untuk menghentikan pesawat tak berawak yang masuk, demikian menurut The Telegraph. Balon-balon tersebut memiliki beban maksimum 30 kg. Albek mengatakan bahwa balon-balon tersebut juga dapat dilengkapi dengan "pistol vakum" untuk menembakkan jaring ke arah drone yang datang. Dia menambahkan bahwa sistem ini telah diuji coba dan telah ada pemesanan. Albek mencatat bahwa para pengembang terinspirasi oleh penggunaan balon rentetan pada Perang Dunia I. Baca Juga: China dan Rusia Kolaborasi Bikin Drone Serang untuk Menyerang Ukraina Balon udara pertama kali digunakan pada Perang Dunia I, tetapi balon udara memainkan peran penting dalam pertahanan Inggris selama Perang Dunia II. Menurut Museum Perang Kekaisaran London, Inggris memiliki 2.748 balon udara yang digunakan pada September 1941. Balon-balon ini juga sangat penting selama pendaratan D-Day pada tanggal 6 Juni 1944, memberikan perlindungan kepada tentara dan kapal Sekutu. Balon-balon tersebut memaksa pesawat Jerman untuk terbang di ketinggian yang lebih tinggi, membuat target mereka lebih sulit diserang serta membuat mereka lebih rentan terhadap tembakan antipesawat. Mengutip The Telegraph, Rusia telah menggunakan balon udara dalam perangnya di Ukraina. Tahun lalu, Angkatan Udara Ukraina menuduh Rusia meluncurkan puluhan balon udara pemantul di atas Kyiv untuk mengacaukan sistem pertahanan anti-rudal menjelang serangan rudal dan drone.