KONTAN.CO.ID - GAZA/JERUSALEM. Tank-tank Israel mengambil posisi di gerbang rumah sakit utama Kota Gaza pada hari Senin (13/11). Di mana para petugas medis mengatakan bahwa para pasien, termasuk bayi yang baru lahir, sekarat karena kekurangan bahan bakar. Juru bicara kementerian kesehatan Gaza Ashraf Al-Qidra, yang berada di dalam rumah sakit Al Shifa mengatakan, 32 pasien telah meninggal dalam tiga hari terakhir, termasuk tiga bayi yang baru lahir, akibat pengepungan rumah sakit dan kurangnya listrik.
Sedikitnya 650 pasien masih berada di dalam, putus asa untuk dievakuasi ke fasilitas medis lain oleh Palang Merah atau lembaga netral lainnya.
Baca Juga: Helikopter MH-60 Black Hawk AS Jatuh di Laut Mediterania, 5 Pasukan Khusus Tewas Israel mengatakan bahwa rumah sakit tersebut berada di atas terowongan yang merupakan markas pejuang Hamas yang menggunakan pasien sebagai perisai, yang dibantah oleh Hamas. "Tank-tank berada di depan rumah sakit. Kami berada di bawah blokade penuh. Ini adalah daerah yang sepenuhnya sipil. Hanya fasilitas rumah sakit, pasien rumah sakit, dokter dan warga sipil lainnya yang berada di rumah sakit. Seseorang harus menghentikan ini," kata seorang ahli bedah di rumah sakit, Dr Ahmed El Mokhallalati, melalui telepon. "Mereka mengebom tangki-tangki (air), mereka mengebom sumur-sumur air, mereka mengebom pompa oksigen juga. Mereka mengebom semua yang ada di rumah sakit. Jadi kami hampir tidak bisa bertahan. Kami memberi tahu semua orang, rumah sakit bukan lagi tempat yang aman untuk merawat pasien. Kami membahayakan pasien dengan membiarkan mereka tetap berada di sini."
Baca Juga: Jokowi: Israel Harus Bertanggung Jawab Atas Kekejaman yang Telah Dilakukan Ada juga kekhawatiran baru bahwa perang dapat menyebar ke luar Gaza, dengan meningkatnya bentrokan di perbatasan utara Israel dengan Lebanon, dan Amerika Serikat melancarkan serangan udara ke target milisi terkait Iran di negara tetangga Suriah. Raja Abdullah dari Yordania dikutip oleh media pemerintah pada hari Senin mengatakan bahwa akar penyebab krisis ini adalah penolakan Israel terhadap "hak-hak sah" Palestina dan bahwa tidak ada solusi militer. Israel meluncurkan kampanye bulan lalu untuk memusnahkan Hamas, kelompok militan yang menguasai Jalur Gaza, setelah para pejuang Hamas menyerang wilayah selatan Israel dan menewaskan warga sipil.
Baca Juga: Beirut Bela Hamas, Israel: Warga Lebanon akan Menanggung Akibatnya Sekitar 1.200 orang tewas dan 240 orang diseret ke Gaza sebagai sandera menurut perhitungan Israel, hari paling mematikan dalam 75 tahun sejarahnya. Sejak saat itu, ribuan warga Gaza terbunuh dan dua pertiga penduduknya kehilangan tempat tinggal akibat kampanye militer Israel yang tak henti-hentinya. Israel telah memerintahkan evakuasi total di bagian utara Gaza. Otoritas medis Gaza mengatakan lebih dari 11.000 orang telah dikonfirmasi tewas, sekitar 40% di antaranya adalah anak-anak. Sejak pasukan darat Israel memasuki Gaza pada akhir Oktober lalu dan dengan cepat mengepung Kota Gaza, pertempuran telah terjadi secara intensif. Juru bicara kementerian kesehatan Gaza Qidra mengatakan bahwa sebuah tank Israel kini ditempatkan di pintu gerbang rumah sakit. Penembak jitu dan pesawat tak berawak Israel menembaki rumah sakit, sehingga mustahil bagi para petugas medis dan pasien untuk bergerak. "Kami terkepung dan berada di dalam lingkaran kematian," katanya.
Baca Juga: Warga Gaza Palestina Menceritakan Rasa Takut dan Ditinggalkan Israel telah mengatakan kepada warga sipil untuk pergi dan petugas medis untuk mengirim pasien ke tempat lain. Mereka mengatakan, telah berusaha untuk mengevakuasi bayi-bayi dari bangsal neo-natal dan meninggalkan 300 liter bahan bakar untuk menyalakan generator darurat di pintu masuk rumah sakit, namun tawaran tersebut diblokir oleh Hamas. Qidra mengatakan bahwa 300 liter bahan bakar tersebut hanya akan menyalakan generator rumah sakit selama setengah jam. Sementara Shifa membutuhkan 8.000-10.000 liter bahan bakar per hari yang dikirim oleh Palang Merah atau lembaga internasional.
Seorang pejabat Israel yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan bahwa 300 liter dapat bertahan selama beberapa jam karena hanya ruang gawat darurat yang beroperasi. Dr El Mokhallalati, dokter bedah mengatakan, bayi-bayi prematur yang biasanya berada di inkubator individu dibariskan delapan di tempat tidur, dihangatkan dengan tenaga yang tersisa.
Baca Juga: Militer Israel Kepung Rumah Sakit di Gaza, Bayi yang Baru Lahir Meninggal Setelah tiga bayi meninggal, masih ada 36 bayi yang masih hidup di unit neo-natal, katanya. "Kami memperkirakan akan kehilangan lebih banyak lagi dari mereka dari hari ke hari."
Editor: Yudho Winarto