Tanpa solusi, isu BBM menghantui bursa



JAKARTA. Investor pasar modal berharap, pertemuan antara presiden terpilih Joko Widodo dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Bali, tadi malam, bisa memberikan kepastian arah kebijakan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Sayang, pertemuan tersebut tidak menjawab harapan tersebut.

Padahal, Reza Nugraha, analis MNC Securities, menyatakan, pasar berharap pertemuan SBY-Jokowi menghasilkan solusi atas masalah BBM. "SBY dan Jokowi harus bisa memberi kepastian kapan harga BBM bersubsidi dinaikkan," kata Reza, Rabu (27/8).

Maklum, kisruh BBM bersubsidi ini sempat menekan pasar modal. Investor mengkhawatirkan, kelangkaan BBM di sejumlah daerah bisa memicu masalah tambahan, misalnya inflasi tinggi, hingga potensi konflik sosial. 


Untunglah, Pertamina kembali mengguyur pasokan BBM serta menunda pembatasan BBM bersubsidi. Alhasil, untuk sementara hantu krisis kelangkaan BBM mereda. 

Reza melihat, Presiden SBY tak akan mengerek harga BBM subsidi. Maklum, SBY terkenal menganut kebijakan populis. Prediksi dia, harga bensin naik tahun depan di masa pemerintahan Jokowi.

William Surya Wijaya, analis Indosurya Securities, menambahkan, masyarakat sesungguhnya sudah siap mengantisipasi kenaikan harga BBM bersubsidi. Investor pun selalu menempatkan tingginya beban subsidi BBM sebagai penghalang utama ekonomi Indonesia. Indikasinya sudah jelas. Defisit transaksi berjalan kian lebar. Kuartal II-2014, defisit transaksi berjalan melompat menjadi US$ 9,1 miliar atau 4,27% produk domestik bruto (PDB), sementara kuartal sebelumnya US$ 4,02 miliar atau 2,05% dari PDB. 

Nah, beban kian berat seiring tingginya anggaran subsidi energi tahun depan, mencapai Rp 291,1 triliun naik dari tahun ini yang Rp 246,49 triliun. Sayang, pemerintah sekarang tak memutuskan secara lugas beban subsidi BBM itu.

Kendati begitu, proyeksi para analis, IHSG tidak bergerak ekstrem lantaran kebijakan BBM. Kiswoyo Adi Joe, analis Investa Saran Mandiri, memprediksi, jika harga BBM naik tahun ini, IHSG tertekan selama sebulan, kemudian naik lagi. Hampir semua sektor terimbas, seperti transportasi, konsumen, ritel, properti dan perbankan. Level support-resistance IHSG di tahun ini diprediksi di 4.800-5.500. 

Reza dan William melihat level tertinggi IHSG tahun ini tak terpengaruh kebijakan harga BBM. Reza memprediksi IHSG tetap ke level 5.250 di akhir tahun. William melihat lebih optimistis, IHSG bisa mencapai 5.625.      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia