KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten properti kawasan industri, PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (
KIJA), menghadapi tekanan berat akibat perekonomian global yang lesu. Permintaan sewa stagnan menyebabkan KIJA merencanakan penjualan aset tanah di Kawasan Jababeka Cikarang senilai US$ 100 juta untuk mengurangi utang perusahaan. KIJA juga siap menyambut kemungkinan masuknya kawasan industri Cikarang dalam Proyek Strategis Nasional (PSN), dengan fokus pada sektor pendidikan dan kesehatan.
Baca Juga: Emiten Kawasan Industri Hadapi Tantangan Berat, Cek Rekomendasi Saham KIJA dan SSIA Di sisi lain, PT Surya Semesta Internusa Tbk (
SSIA) juga mengalami tantangan serupa dengan mencatatkan rugi bersih konsolidasi Rp 14,9 miliar pada kuartal pertama 2024. Meskipun demikian, pendapatan SSIA mengalami peningkatan 13,8% year on year (yoy) menjadi Rp 1,09 triliun. Meskipun saham SSIA mengalami kenaikan signifikan sepanjang tahun ini, saham KIJA justru mengalami penurunan dalam sebulan terakhir. Saham KIJA turun 9,46% dalam sebulan terakhir dan stagnan secara
year to date (ytd), mencerminkan kondisi pasar yang berbeda di antara kedua emiten tersebut. Analis Kiwoom Sekuritas, Vicky Rosalinda, memprediksi bahwa kinerja emiten kawasan industri pada kuartal II 2024 masih belum akan lebih baik dibandingkan kuartal I, disebabkan tingginya liabilitas dan rugi yang ditanggung emiten. “Performa perusahaan tergantung pada kondisi ekonomi global, suku bunga, dan tingkat permintaan kawasan industri, sehingga masih ada potensi tertekan kinerjanya di kuartal II,” ujarnya, Kamis (18/7).
Baca Juga: Kinerja Emiten Kawasan Industri Masih Berat, Simak Rekomendasi Sahamnya Vicky memperkirakan kinerja emiten kawasan industri belum akan membaik di semester II 2024 karena kurangnya ketertarikan investor dan faktor negatif lainnya seperti pelemahan ekonomi global dan tren suku bunga tinggi. Sentimen positif untuk sektor ini adalah pertumbuhan manufaktur di Indonesia, pembangunan infrastruktur, dan turunnya suku bunga. "Suku bunga yang tinggi dapat meningkatkan harga sewa kawasan, sehingga kinerja emiten berpotensi tidak bagus," tambahnya. Oleh karena itu, Vicky merekomendasikan
wait and see untuk emiten kawasan industri.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Emiten Emas yang Layak Dikoleksi Saat Harga Rekor Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, melihat pergerakan saham SSIA berada di level
support Rp 1.050 per saham dan resistance Rp 1.090 per saham. Herditya merekomendasikan speculative buy untuk SSIA dengan target harga di Rp 1.120 - Rp 1.130 per saham. Sementara, pergerakan saham KIJA berada di level support Rp 122 per saham dan
resistance Rp 131 per saham, dengan rekomendasi
wait and see. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli