Tantangan ISAT semakin berat



JAKARTA. PT Indosat Tbk (ISAT) mulai membersihkan bukunya dari utang-utang yang jatuh tempo tahun ini. Salah satunya utang obligasi senilai Rp 1,1 triliun yang akan jatuh tempo Juni 2011 nanti.

Operator telekomunikasi pengusung merek dagang Mentari ini akan memakai kas internal untuk melunasi kewajibannya itu. ISAT belum berniat mencari pinjaman baru, mengingat dia masih memiliki kas cukup besar. Per 30 September 2010, kas dan setara kas ISAT Rp 6,2 triliun. Jumlah ini naik 177% dibanding periode sama 2009.

Analis Mandiri Sekuritas Raditya Christian Artono menilai, pelunasan utang obligasi akan melonggarkan beban utang ISAT. “Paling tidak beban bunga berkurang. Ini bisa berpengaruh positif terhadap laba bersih ISAT,” katanya.


Sayangnya, pelunasan utang obligasi tersebut tidak akan mengubah posisi utang ISAT secara signifikan. Maklum, hingga kuartal III-2010, total utang ISAT mencapai Rp 27,38 triliun, naik 12,17% dibandingkan dengan periode sama tahun 2009.

Bisnis mulai jenuh

ISAT perlu menekan beban utangnya lantaran persaingan bisnis telekomunikasi kian sengit. Di saat yang sama, bisnis ini mulai jenuh. “Penetrasi pasar sudah tinggi di tahun-tahun sebelumnya,” kata Chandra Pasaribu, Analis Danareksa Sekuritas.

Manajemen ISAT mengakui bisnis layanan suara (voice) mulai terbatas. Demi memompa pertumbuhan kinerja, ISAT akan menggenjot layanan data. ISAT menargetkan lini layanan data bisa menyumbang 40% total pendapatan, atau naik dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 35%.

Tapi Raditya melihat, bisnis layanan data tidak akan banyak mendongkrak kinerja ISAT. “Kecuali SMS (pesan singkat) dihitung sebagai layanan data,” katanya. Apalagi, untuk mengembangkan layanan data di luar SMS, ISAT harus membangun infrastruktur yang membutuhkan waktu satu hingga dua tahun.

Raditya menghitung, pertumbuhan pendapatan ISAT tahun ini tak lebih dari 20%. Bahkan, Chandra menaksir pertumbuhannya cuma 6%-7%. Dia merekomendasikan jual ISAT dengan target Rp 4.100 per saham.

Chandra memilih netral alias tak merekomendasikan jual, beli maupun tahan. Sedangkan Analis JP Morgan James R. Sullivan, memasang overweight dengan target Rp 6.000 per saham.

Harga saham ISAT, Rabu (2/2) lalu, naik 1,52% menjadi Rp 5.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini