Tantangan sekeras beton mengadang SMGR



JAKARTA. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) meraup laba bersih Rp 5,65 triliun pada tahun lalu. Jumlah itu tumbuh 3,72% dibandingkan dengan laba bersih tahun 2013 yang senilai Rp 5,37 triliun. Sedangkan penjualan SMGR tumbuh 10,16% year-on-year (yoy)  menjadi Rp 26,99 triliun.

Analis Ciptadana Securities Adrianus Bias Prasuryo dalam riset pada 3 Maret 2015 menulis, kinerja SMGR sejalan ekspetasinya. Dia juga mencatat, volume penjualan SMGR di 2014 naik 2% (yoy) menjadi 27,8 juta ton. 

Rata-rata harga jual atau average selling price (ASP) SMGR juga tumbuh 7% (yoy) menjadi Rp 979.000 per ton.  "SMGR membukukan kinerja keuangan relatif moderat," kata Budi Rustanto, analis Valbury Asia Securities dalam riset terbarunya. 


Budi juga bilang, volume penjualan SMGR tahun lalu tumbuh tipis lantaran investor menahan berbagai proyek. Hal ini terkait dengan menghangatnya suhu politik pada pemilu presiden 2014. Selain itu, curah hujan yang realitif tinggi turut mempengaruhi permintaan semen. 

Di awal tahun ini, penjualan semen masih tumbuh. Pada Januari 2015, Budi mencatat volume penjualan SMGR tumbuh 2,9% (yoy) menjadi 2,10 juta ton. Volume penjualan semen nasional juga naik 3,1% menjadi 4,78 juta ton. 

Para analis menilai, tahun ini adalah tahun positif terhadap bisnis semen. Maklum, proyek pemerintah di bidang infrastruktur bakal dimulai tahun ini. Dus, analis BNI Securities Thendra Crisnanda menduga target laba bersih SMGR akan tercapai.

Bahkan target laba bersih SMGR sebesar 5% merupakan target konservatif. "Hal itu akan didorong peningkatan volume penjualan seiring proyek infrastruktur yang mulai bergulir," kata Thendra kepada KONTAN. Dia memperkirakan, volume penjualan SMGR pada tahun ini tumbuh 7%.

Selain proyek infrastruktur, penjualan semen tahun ini akan dipengaruhi kondisi makro, industri perbankan dan properti yang lebih kondusif. Apalagi, suhu politik domestik mulai mereda. Demi menggenjot penjualan, SMGR akan terus berekspansi di pasar domestik dan melirik pasar Asia Tenggara. SMGR tengah membangun dua pabrik, yakni di Rembang, Jawa Tengah; dan Indarung, Sumatra Barat. Kedua pabrik berkapasitas masing-masing tiga  juta ton per tahun. Pembangunan pabrik diperkirakan rampung  akhir tahun 2016. 

Tahun ini, SMGR menambah belanja modal menjadi Rp 7 triliun dari rencana awal senilai Rp 5 triliun. "Tahun  2015 adalah puncak investasi pabrik di Rembang dan Indarung," papar Budi. 

Kedua pabrik itu bisa menyerap dana Rp 4 triliun hingga Rp 5 triliun. Sisanya akan digunakan untuk membiayai akuisisi di luar negeri. 

Thendra menilai, ada beberapa tantangan industri semen pada tahun ini, antara lain fluktuasi rupiah terhadap dollar AS. Meski bahan baku berasal dari dalam negeri, kemasan semen yang dipakai masih impor. Kenaikan tarif dasar listrik dan potensi mundurnya proyek infrastruktur turut berpengaruh negatif. 

Ketiga analis merekomendasikan buy saham SMGR. Adrianus dan Thendra menargetkan harga wajar masing-masing di level Rp 17.500 per saham. Sedangkan Budi menargetkan Rp 18.000 per saham. Kemarin, harga saham SMGR turun 1,34% ke posisi Rp 14.750 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto