KONTAN.CO.ID - JAKARTA.
Sebagai salah satu pemain dalam industri sawit di Indonesia, PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) sebut perubahan iklim menjadi salah satu aspek yang cukup berpengaruh dan diperhatikan. Sebelumnya, di awal tahun ini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan jika terdapat peluang kecil Indonesia akan mengalami fenomena La Nina yang merupakan pemicu anomali iklim basah. "Berdasarkan dinamika atmosfer tersebut, jumlah curah hujan tahunan 2024 diprediksi umumnya berkisar pada kondisi normal," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulis, Minggu (31/12).
Baca Juga: Triputra Agro (TAPG) Tambah Modal ke Anak Usaha, Ini Kata Manajemen Ia juga menjelaskan bahwa selama 2024, gangguan iklim dari Samudera Pasifik berupa El Nino-Southern Oscillation (ENSO), atau yang dikenal El Nino, masih bertahan di Indonesia selama awal tahun 2024. "ENSO diperkirakan akan berada pada fase El Nino lemah hingga moderat di awal tahun 2024, kemudian selanjutnya hingga akhir tahun 2024 diprediksikan berada di fase Netral," kata Dwikorita. Melihat dinamika ini, Corporate Secretary TAPG Joni Tjeng mengatakan, perseroan melihat pada data BMKG yang memperkirakan curah hujan hanya akan tinggi hingga Februari 2024 yang lebih dikarenakan dampak dari angin muson barat. “Jadi diperkirakan masih akan berada pada fase El Nino Lemah-Moderat di awal tahun 2024 kemudian selanjutnya hingga akhir tahun 2024 diprediksikan berada pada fase Netral,” kata Joni kepada Kontan, Rabu (03/01). Perseroan tambah dia, telah memperkirakan masih akan ada pertumbuhan produksi
single digit di tahun 2024 karena masih terdapat fase El Nino Lemah-Moderat di awal tahun 2024. “Dan untuk harga CPO, perseroan masih memperkirakan berada di kisaran
current level seiring tingkat produksi dan stok minyak nabati global yang tidak akan berubah signifikan,” ungkapnya.
Di samping persiapan terhadap perubahan iklim, tahun 2024 TAPG ungkap Joni juga tetap membuka kesempatan untuk melakukan peningkatan kapasitas produksi dan lahan baru pada tahun 2024. Berdasarkan catatan Kontan, hingga akhir tahun 2023, TAPG telah memiliki 23 perkebunan kelapa sawit, 1 perkebunan karet, 18 Pabrik Kelapa Sawit (PKS), 1 pabrik minyak inti sawit dan 1 pabrik slab and ribbed smoked sheet (RSS) yang tersebar di kawasan Jambi, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Dengan luas ± 159.500 Hektar tertanam sawit dan ± 1.300 Ha tertanam karet. Hingga kuartal-3 2023 lalu, TAPG juga telah berhasil memproduksi ± 2,254 juta ton Tandan Buah Segar (TBS) dan ± 720 ribu ton Crude Palm Oil (CPO). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .