JAKARTA. Di tengah berbagai masalah internal yang melanda Indonesia dan kondisi krisis ekonomi global, target realisasi investasi tahun ini yang sebesar Rp 290 triliun terbilang ambisius. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan mengakui, target tersebut ambisius namun bisa dicapai dengan promosi ke berbagai negara yang meyakinkan. Gita mengatakan, saat ini pemerintah juga mencari pasar baru di luar negara-negara tradisional yang memang sudah menanamkan investasinya di Indonesia. Negara-negara yang sedang dibidik untuk menanamkan investasinya itu antara lain India, Korea Selatan, China, dan Jerman. Keempat negara tersebut adalah negara-negara yang mengalami pertumbuhan positif di dunia. “Target ambisius, tapi kami optimistis. Rencananya, kami akan mendirikan kantor cabang di kota Mumbai, Frankfurt, Seoul, dan Beijing,” ujar Gita di gedung DPR-RI, Jakarta, Senin (6/2). Direktur Promosi BKPM Indra Darmawan mengatakan, Korea Selatan merupakan salah satu negara yang minat investasinya sangat pesat di Indonesia. Terlebih, pertumbuhan ekonomi negara tersebut juga tinggi. Di luar itu, negara yang masih potensial untuk investasi adalah Abu Dhabi, Australia, Amerika Serikat, Taiwan, dan Singapura. “Ini untuk mengejar target investasi baru di negara-negara yang potensial, tetapi belum banyak berinvestasi di Indonesia,” tandasnya.
Indra mengatakan, BKPM juga tidak hanya fokus pada promosi dan ekshibisi yang luas tetapi juga mendorong masuknya investasi di sektor-sektor tertentu seperti baja, jasa, atau otomotif. Sementara sektor yang masih menjadi pendorong utama adalah pangan, infrastruktur, dan energi. Gita mengatakan, saat ini promosi yang paling potensial dilakukan adalah mengumpulkan testimoni dari perusahaan-perusahaan besar yang sedang berinvestasi di Indonesia. Mereka bisa menjadi sarana untuk memberikan bukti kalau iklim investasi di Indonesia mulai membaik. Gita menceritakan, saat ini pihaknya sudah mendapat persetujuan dari beberapa perusahaan yang ingin memberikan testimoninya untuk Indonesia. Dia bilang, iklim investasi di Indonesia sudah mulai membaik dibandingkan dengan India yang notabene negara dengan pertumbuhan ekonomi tinggi. “Kita lebih baik dari India. Padahal Pertumbuhan ekonominya lebih tinggi India,” tandasnya. Di samping itu, untuk mendorong target investasi pemerintah juga tengah memfokuskan diri untuk mendorong proyek-proyek Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) yang selama ini masih mangkrak. Gita mengatakan, dengan momentum yang dicapai dengan predikat investment grade, pemerintah harus serius mengambil sikap mengenai KPS. “Ini dengan suksesnya proyek PLTU 2 x 10.000 MW di Jateng, jangan sampai momentumnya hilang kepada kita untuk merealisasikan proyek Umbulan, Tanah Ampo, dan Kualanamu,” tambah Gita. BKPM juga akan mendorong daerah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk mendapatkan insentif fiskal dan non fiskal yang lebih istimewa dibandingkan daerah lain. Pasalnya, KEK juga dapat menjadi pendorong bagi investor untuk merealisasikan investasinya. Selain itu, investasi di sektor konsumsi juga perlu diperkuat. Gita bilang, hal ini diakomodasi dengan PP 52 tahun 2011 tentang tax allowance. “Ini sangat mengakomodasi investasi di sektor-sektor yang lebih berkualitas.