Target Bayan dari Bisnis Briket Batubara



JAKARTA. Produsen batubara boleh tersenyum senang tahun ini. Pasalnya, analis memperkirakan harga komoditas ini pada tahun 2010 cenderung lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Salah satu emiten yang akan dapat berkah dari kondisi itu adalah PT Bayan Resources Tbk (BYAN).

Apalagi, Bayan berencana meningkatkan produksinya sebesar 42,11% pada tahun ini menjadi 13,5 juta ton. Guna merealisasikan target tersebut, BYAN akan membuka tambang baru. Sebelumnya, perusahaan ini sudah mengoperasikan enam tambang.

Estimasi manajemen BYAN sejalan dengan ekspektasi Isfhan Helmy Arsad, analis E-Trading Securities. "Saya memperkirakan produksi batubara BYAN tahun ini meningkat jadi 13 juta ton," katanya. Dia memperkirakan, harga rata-rata penjualan batubara BYAN sebesar US$ 70 per ton. Angka ini naik sekitar 16,67% dari target harga rata-rata tahun lalu US$ 60.


Surabhi Copra, analis Bahana Securities, meramal harga rata-rata batubara BYAN tahun ini cenderung stabil dan berada di kisaran US$ 62,1 per ton. Nilai ini tak berbeda jauh dengan taksiran Surabhi atas harga rata-rata pada 2009 sebesar US$ 62,9 per ton. "Kami memproyeksikan penjualan Bayan masih akan meningkat menjadi 13,6 juta ton," ujarnya.

Meski begitu, BYAN terkendala dengan biaya produksinya yang sedikit mahal.Akibatnya, marjin yang diperoleh sangat tipis. Pada tahun lalu, Surabhi menghitung, biaya produksi BYAN sebesar US$ 55,5 per ton. Sedangkan di tahun 2010, biaya produksinya berada di kisaran US$ 55,4 per ton.

Sementara itu, Isfhan justru melihat kinerja BYAN tahun ini masih akan tertolong dari bisnis briket batubara. Mereka telah menyelesaikan pembangunan satu pabrik briket berkapasitas 1 juta ton per tahun. Pabrik tersebut merupakan proyek patungan Bayan dengan perusahaan asal Australia, White Energy Ltd.

Bisnis briket

Tahun ini, BYAN menargetkan akan membangun empat pabrik baru. Hal ini menurut Isfhan bakal membuat prospek bisnis BYAN semakin cerah. Maklum, permintaan briket yang berasal dari pasar India, Taiwan, Jepang dan Italia cukup potensial. Ia menduga, pasar briket akan meningkat karena menjadi sumber energi alternatif yang terjangkau masyarakat.

Selanjutnya, Isfhan memperkirakan pendapatan BYAN tahun lalu meningkat dari 2008 menjadi Rp 6,5 triliun. Sedangkan pada tahun 2010, pendapatannya bakal melonjak menjadi Rp 10 triliun atau naik sekitar 53,85%. Namun, dia belum menghitung potensi laba bersih Bayan tahun ini.

Di sisi lain, Surabhi memperkirakan penjualan BYAN pada tahun 2009 mencapai Rp 7,92 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 220 miliar. Tahun ini, dia menaksir, BYAN bakal membukukan pendapatan hingga Rp 8,7 triliun. Sedangkan laba bersih Rp 328 miliar. Berdasarkan ramalan itulah, Isfhan merekomendasikan beli saham BYAN dengan target harga Rp 6.500 per saham.

Namun, Surabhi justru melihat harga saham BYAN sudah terlalu mahal. "Saham BYAN diperdagangkan di harga yang sangat mahal, pada PER (price earning ratio) 30,5 kali," ujarnya. Ia menyarankan jual saham ini dengan target Rp 3.000 per saham.Kemarin, harga saham BYAN Rp 5.650 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test