Target BNI Syariah di bawah nakhoda baru



JAKARTA. BNI Syariah memasuki babak baru di awal Maret 2016. Mulai bulan ini, anak usaha Bank Negara Indonesia (BNI) ini memiliki nakhoda baru hasil rapat umum pemegang saham (RUPS) pekan lalu.

Direktur Utama BNI Syariah Imam Saptono mengatakan, pihaknya tetap akan fokus pada segmen konsumer. Saat ini, portofolio pembiayaan konsumer BNI Syariah sebesar 50%, khususnya kredit pemilikan rumah (KPR).

Selain itu, BNI Syariah akan menggemukkan sektor pembiayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Di segmen ini, BNI Syariah membidik pasar pembiayaan berkisar antara Rp 1 miliar hingga Rp 15 miliar.


Ada pula sektor pembiayaan komersial dengan plafon mulai dari Rp 15 miliar sampai Rp 200 miliar. Secara umum, Imam menambahkan, pihaknya fokus menggarap sektor yang bertumpu pada ekonomi dalam negeri. Sebab, kondisi ekonomi global masih labil.

Total pembiayaan ditargetkan BNI Syariah pada tahun ini sebesar Rp 20,7 triliun atau tumbuh 16,9% ketimbang Desember 2015 yang sebesar Rp 17,7 triliun.

Senior EVP BNI Syariah Dhias Widhiyati menyebutkan, pihaknya juga bakal memaksimalkan pembiayaan yang berasal dari induk usaha. Strategi BNI Syariah, pembiayaan tahun ini mengincar calon debitur yang masuk mata rantai bisnis yang dibiayai sang induk BNI.

Sederhananya, BNI Syariah menggarap perusahaan yang berstatus anak usaha atau perusahaan rekanan yang telah menjadi debitur BNI. Lewat strategi ini, risiko pembiayaan bermasalah bisa diminimalisir. BNI Syariah juga akan merambah ke akad pembiayaan berbasis musyarakah mutanaqisah (MMQ) dan ijarah muntahiya bittamlik (IMBT).

Alasannya,dua jenis akad tersebut memiliki potensi besar. Beragam strategi pembiayaan tersebut diyakini bisa mendongkrak laba. Tahun ini, BNI Syariah meyakini bisa mengantongi laba sebesar Rp 290 miliar atau tumbuh 27,19% ketimbang periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 228 miliar.

Dari sisi likuiditas, dana pihak ketiga (DPK) ditargetkan naik sebesar Rp 3,5 triliun menjadi Rp 23,3 triliun pada akhir 2016. Target ini naik 17,67% dari posisi sebelumnya sebesar Rp 19,8 triliun.

Dus, rasio pembiayaan terhadap pendanaan alias finance to deposit ratio (FDR) BNI Syariah diprediksi melonggar dari level 92% di akhir tahun menjadi 86% di tahun ini. Perseroan juga masih berharap tambahan likuiditas dari tabungan haji yang masih mengendap di bank konvensional.

"Induk usaha BNI Syariah memiliki 136.000 nasabah tabungan haji dengan total saldo Rp 700 miliar," ujar Imam, akhir pekan lalu.

Meski berencana memacu pembiayaan, BNI Syariah belum berencana merilis instrumen surat utang. Sebab, saat ini likuiditas BNI Syariah terbilang berlebih pasca Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga.

Sementara, dari sisi perolehan aset, BNI Syariah menargetkan pertumbuhan aset mencapai Rp 26,3 triliun. Angka ini naik 14,34% dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp 23 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie