Target Dana IPO Berau Mencapai US$ 450 Juta



JAKARTA. Niat PT Berau Coal Energy mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran saham perdana ke publik alias initial public offering (IPO) semakin terkuak. Perusahaan yang tergabung dalam Recapital Investment Group ini berniat masuk bursa tahun ini.

"Kami menargetkan bisa melantai di bursa pada awal Agustus," kata Chairman Recapital Rosan P. Roeslani kepada KONTAN, pekan lalu. Sedangkan jumlah saham yang akan dilego sekitar 20% hingga 30% dari total saham. Lewat hajatan ini, produsen batubara terbesar kelima di Indonesia ini membidik perolehan dana US$ 300 juta-US$ 450 juta.

Namun, Rosan buru-buru menambahkan, target dana dan jumlah saham yang akan dijual ke publik masih belum final. Pasalnya, jumlah tersebut sangat tergantung dari kebutuhan dana investasi Berau.


Nah, untuk memaksimalkan perolehan dana IPO, Recapital bersama Berau berniat menggelar roadshow ke luar negeri. Mereka akan menjajaki minat investor di Singapura, Hong Kong, London, dan New York. Sayang, Rosan belum mau mengungkapkan jadwal dan waktu roadshow.

Yang jelas, Rosan menginginkan investor asing menjadi pembeli mayoritas saham IPO Berau. Alasannya, investor asing cenderung berinvestasi dalam jangka waktu yang relatif panjang. Sehingga, harga saham Berau pasca IPO bisa stabil. Meski begitu, Recapital tidak melupakan investor lokal. "Kemungkinan porsinya bisa 20% hingga 30% untuk investor lokal," imbuh dia.

Pendapatan DOID dari Berau

Sekedar informasi, Recapital membeli 90% saham Berau dari tangan PT Armadian Tritunggal dan Rognar Holding, pada Desember 2009. Nilainya US$ 1,52 miliar. Recapital berutang ke Credit Suisse dan PT Bumi Resources Tbk untuk mendanainya.

Meski belum lama mendekap Berau, Recapital ingin melego sebagian kepemilikannya. Selain melalui IPO, saham Berau akan dibeli PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) melalui sebuah transaksi tukar guling yang agak rumit. Rosan bercerita, DOID akan menerbitkan saham baru (rights issue) sebesar Rp 10 triliun dengan harga Rp 1.400 per saham. Bertindak sebagai pembeli siaga (stanby buyer) yakni PT Bukit Mutiara, yang merupakan induk usaha Berau Coal.

Sementara, Bukit Mutiara akan menerbitkan obligasi wajib tukar atau Mandatory Exchange Bond (MEB) Rp 10 triliun. Surat utang ini bakal dibeli DOID. "Delapan bulan kemudian, DOID akan mengkonversinya jadi saham Berau," ujar Rosan.

Dia menjelaskan, pertimbangan utama melakukan transaksi ini karena 75% aktivitas dan 50% pendapatan DOID berasal dari Berau. Sebagai kontraktor, DOID banyak memegang kontrak penambangan batubara milik Berau. "Ke depannya, ini akan bagus karena lebih efisien," ujarnya.

Direktur Financorpindo Nusa, Edwin Sinaga, berpendapat, perlu adanya keterbukaan soal rencana ini. Sehingga, DOID tidak ditimpa kesulitan keuangan seperti halnya PT Mitra International Resources Tbk (MIRA) pasca mengakuisisi PT Apexindo Pratama Duta Tbk. "Harus ada penjelasan apakah transaksi ini wajar atau tidak wajar," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can