KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa perusahaan sekuritas menurunkan perkiraan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) untuk tahun ini. Banyak faktor baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang dianggap akan terus memberatkan kinerja IHSG hingga akhir tahun. Baru-baru ini, Ciptadana Sekuritas menurunkan target IHSG hingga akhir tahun 2023 dari 7.500 menjadi 7.200. Penurunan ini mencerminkan perbandingan harga terhadap pendapatan (PER) IHSG yang sebelumnya 13,2 kali menjadi 12,6 kali. Dengan demikian, ada potensi kenaikan sekitar 5% dari posisi IHSG pada awal tahun dan 4% dari posisi IHSG pada akhir Agustus 2023. Saat ini, IHSG diperdagangkan dengan PER sekitar 11,8 kali, berada di bagian bawah kisaran PER indeks di Asia Tenggara, yaitu antara 10,8 kali hingga 14,9 kali.
Baca Juga: Rekomendasi Saham ICBP, INDF, MYOR, HOKI Saat El Nino Diramal Kerek Harga Bahan Baku Kepala Riset Ciptadana Sekuritas, Arief Budiman, berpendapat bahwa tingkat ketidakpastian pasar yang lebih tinggi telah membuat investor meragukan valuasi perusahaan dan mengurangi partisipasi mereka di pasar saham. Di samping itu, ekspektasi kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) AS dan situasi politik dalam negeri juga membebani psikologi investor, yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja pasar saham. Hal ini tercermin dalam tingkat perdagangan pasar yang masih rendah. Nilai transaksi harian rata-rata di bursa saham dalam negeri saat ini hanya sekitar Rp 10,3 triliun, turun secara signifikan sebesar 30% dibandingkan dengan rata-rata nilai transaksi harian pada tahun 2022 yang mencapai Rp 14,7 triliun. Dalam proyeksi pasar yang dirilis pada akhir Agustus 2023, Tim riset Phintraco Sekuritas menargetkan IHSG berada di level 7.715 pada akhir Desember 2023, turun 1,37% dari target yang mereka tetapkan pada bulan November 2022. Saat itu, Phintraco memproyeksikan IHSG akan mencapai level 7.822 pada akhir 2023 dengan PER sekitar 24,80 kali. Proyeksi ini dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas yang lebih signifikan dari perkiraan awal, serta kondisi konflik Rusia-Ukraina yang membuat inflasi di Eropa tetap tinggi. Berdasarkan asumsi dan pertimbangan ini, IHSG diperkirakan akan mencapai level 7.715, dengan PER sekitar 23,63 kali pada Desember 2023.
Baca Juga: Saham-Saham Ini Masuk Daftar Top Picks Sejumlah Sekuritas Menurut tim riset Phintraco Sekuritas, minat investor kemungkinan akan beralih ke instrumen investasi yang lebih berisiko di masa depan, didorong oleh harapan akan perbaikan aktivitas ekonomi, terutama di AS dan China pada paruh kedua tahun 2023. "Salah satu instrumen investasi yang berisiko namun menjanjikan potensi
return tinggi adalah saham," tulis tim riset Phintraco Sekuritas. Namun, beberapa perusahaan sekuritas tetap mempertahankan target IHSG mereka untuk tahun ini. Misalnya, Mirae Asset Sekuritas masih mempertahankan target IHSG di level 7.600, dengan asumsi bahwa IHSG akan berkinerja positif pada September-Desember dan akan menguat lebih cepat pada akhir tahun. Robertus Yanuar Hardy, Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia, memprediksi bahwa tiga sektor yaitu semen, otomotif, dan telekomunikasi akan menjadi pendorong pertumbuhan IHSG, karena ketiga sektor ini memiliki potensi
return yang lebih tinggi dibandingkan dengan IHSG saat ini yang masih dipengaruhi oleh sektor komoditas. Dengan dorongan dari ketiga sektor tersebut, dia optimistis IHSG dapat mencapai 7.600 pada semester kedua tahun 2023. Andrey Wijaya, Kepala Riset RHB Sekuritas Indonesia, juga mempertahankan target IHSG sebelumnya di level 7.450. Dia masih optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi akan mempercepat pertumbuhan laba bersih perusahaan, yang seharusnya menjadi katalis untuk kenaikan IHSG.
Baca Juga: Disetir Sentimen Global, IHSG Senin (11/9) Rawan Koreksi Prasetya Gunadi, Kepala Riset Samuel Sekuritas, memperkirakan bahwa IHSG akan bergerak datar dalam waktu dekat karena ketidakpastian mengenai kebijakan suku bunga The Fed. Meskipun begitu, ia percaya bahwa ketegangan politik akan mereda menjelang akhir tahun, yang akan membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia dan mendukung aliran dana asing kembali ke pasar modal. Di sisi lain, Arief berpendapat bahwa IHSG akan mulai pulih sepanjang September 2023. Dia mengamati bahwa The Fed kemungkinan akan melakukan jeda dalam kenaikan suku bunga pada pertemuan 20 September mendatang, dan pemerintah China juga meluncurkan stimulus untuk mendukung ekonomi mereka. Selain itu, momentum ekonomi Indonesia yang kuat juga menjadi faktor positif. Meskipun demikian, kenaikan IHSG dalam jangka pendek kemungkinan akan terbatas karena ketidakpastian politik dan rendahnya volume perdagangan di pasar. Pernyataan resmi Muhaimin Iskandar sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) Anies Baswedan juga dinilai akan membawa lebih banyak ketidakpastian, karena koalisi ini akan mengubah konfigurasi aliansi politik di Indonesia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati