Target jualan Peruri tahun ini Rp 3 triliun



JAKARTA. Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) ingin mencetak pendapatan Rp 3 triliun sepanjang tahun ini. Dari target pendapatan tersebut, Peruri berharap bisa menyisihkan sebesar Rp 275 miliar sebagai laba bersih.

Target pendapatan ini meningkat sekitar 20,97%, jika dibandingkan dengan pendapatan tahun lalu yang sebesar Rp 2,31 triliun. Sementara target pencapaian laba bersih yang di susun manajemen Peruri tahun ini justru menyusut 17,66% dibandingkan dengan pencapaian 2014. Sebagai catatan, 2014 Peruri mengantongi laba Rp 334 miliar.

Manajemen Peruri menjelaskan penyusutan target laba itu lantaran capaian keuntungan tahun lalu ditunjang sumber cuan lain dari kegiatan non bisnis inti. "Tahun lalu, laba kami Rp 334 miliar, besar memang karena ada penambahan penjualan aset, tahun ini tidak," kata Prianto, Direktur Utama Peruri, Senin (6/4).


Agar harapan tak menguap menjadi mimpi di siang bolong, Peruri melancarkan dua strategi. Pertama, menambah mesin produksi berbekal belanja modal Rp 1,4 triliun.

Peruri berencana membeli satu unit mesin pencetak uang kertas, satu unit mesin produksi uang logam dan satu unit mesin pita cukai. "Dengan tambahan mesin ini, harapan kami produksi bisa tumbuh 20%," kata Antonius, Direktur Keuangan Peruri.

Bisnis non uang

Peruri adalah perusahaan negara yang memproduksi uang kertas, uang logam, meterai, paspor, pita cukai, dan sertifikat tanah.

Adapun kapasitas produksi per tahun masing-masing produk itu adalah 7 miliar bilyet (lembar) uang kertas, 1,6 miliar keping uang logam dan 800 juta keping meterai. Lantas, 8 juta buku paspor, 18 miliar keping pita cukai dan 5 juta set sertifikat tanah.

Adanya mesin anyar akan meningkatkan kapasitas produksi tiga produk Peruri. Perinciannya, kapasitas produksi uang kertas akan menjadi 8,4 miliar bilyet dan kapasitas produksi uang logam menjadi 1,92 miliar keping. Sementara kapasitas produksi pita cukai naik menjadi 21,6 miliar keping pita cukai.

Kedua, menggenjot bisnis produksi percetakan non-uang. Manajemen perusahaan itu mengakui sampai saat ini Peruri masih sangat tergantung di bisnis percetakan uang, baik uang kertas maupun uang logam.

Ini nampak dari kontribusi pendapatan bisnis percetakan uang yang dominan. Tahun lalu misalnya, kontribusi pendapatan percetakan uang sebesar 59%. Porsi itu sedikit mengempis ketimbang porsi di 2013 yang sebesar 61%.

Nah, tahun ini, meski berharap semua lini bisnisnya tumbuh, manajemen Peruri menargetkan porsi kontribusi bisnis percetakan uang bergeser menjadi 55%. Barulah, 45% sisanya berasal dari bisnis percetakan non-uang.

Selain menjaring pasar di dalam negeri, Peruri akan berupaya memperbesar pasar luar negeri. "Kami berharap bisa memperluas bisnis ke negara lain, seperti ke Timor Leste, Filipina dan juga Timur Tengah," ujar Prianto.

Saat ini, Peruri sudah melayani pembikinan paspor untuk negara Sri Lanka. Sementara untuk pesanan uang, Peruri sudah memproduksi uang untuk kebutuhan negara Nepal dan Argentina.        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan