JAKARTA. Pasokan surat berharga negara (SBN) ke pasar masih cukup besar. Di kuartal II/2013 ini, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan menargetkan penerbitan surat utang senilai Rp 87 triliun. Direktur Strategi dan Portofolio Utang DJPU, Scenaider CH Siahaan mengatakan, target penerbitan Rp 87 triliun dimaksudkan untuk mengantisipasi utang jatuh tempo sepanjang kuartal II sebesar Rp 25 triliun. Di kuartal ini, target penerbitan surat utang melalui lelang direncanakan Rp 60,45 triliun. Selain itu, pemerintah juga akan menerbitkan SPN syariah dan project based sukuk (PBS). Pemerintah optimistis dapat mencapai target penerbitan SBN, meski lelang surat berharga syariah negara (SBSN) pada 2 April lalu meleset dari target awal.
Scenaider mengatakan, jika permintaan investor domestik mulai surut, pihaknya membuka peluang penerbitan surat utang global. Namun, ia yakin permintaan investor tetap tinggi karena inflasi akan mulai stabil. "Inflasi April lebih stabil, sehingga penawaran yield investor pada bulan Mei juga akan kembali normal," katanya. Target meleset Ariawan, analis Sucorinvest Central Gani mengungkapkan, target penerbitan SBN Rp 87 triliun bisa tercapai. Sebab, potensi permintaan investor masih cukup besar di awal kuartal II. Selain itu, secara historis, tingkat inflasi April relatif terkendali. Menurut Ariawan, pemerintah tidak terlalu agresif mengejar target penerbitan lelang. "Pemerintah tidak akan memaksakan menyerap permintaan yield investor yang tinggi," ungkapnya. Scenaider mengakui, target penerbitan SBN di kuartal I-2013 sebesar Rp 70 triliun tidak tercapai. Total penerbitan sepanjang kuartal I-2013 hanya mencapai Rp 54,015 triliun dari target awal penerbitan lewat lelang senilai Rp 57,5 triliun. Ditambah dengan hasil penerbitan sukuk ritel seri SR-005 sebesar Rp 14,968 triliun, total penerbitan surat utang pemerintah sepanjang kuartal pertama mencapai Rp 68,9 triliun. "Pada kuartal I, utang yang diterbitkan lebih kecil dibandingkan realisasi defisit," ujar Scenaider.