Target meleset, produksi karet alam mengkerut



JAKARTA. Produksi karet alam Indonesia tahun ini diperkirakan tidak begitu menggembirakan. Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) menghitung, produksi karet alam tahun ini hanya akan mencapai 2,8 juta ton atau turun 6,6% dibanding dengan realisasi tahun lalu.

Asril Sultan Amir, Ketua Umum Gapkindo, mengatakan, banyak faktor menjadi penyebab menurunnya produksi karet tahun ini. Salah satunya adalah sektor otomotif yang sedikit lesu. Faktor ini penting mengingat 80% produk karet digunakan industri otomotif.

Menurut Asril, permintaan karet alam Indonesia akan meningkat bila industri otomotif berkembang pesat. Sebaliknya, akan menurun jika industri otomotif dunia lesu.


Faktor musim

Tahun lalu, produksi karet alam Indonesia mencapai 3 juta ton. Dari jumlah itu, sebanyak 2,5 juta ton diekspor ke berbagai negara. Tahun ini, dengan perkiraan penurunan produksi maka ekspor karet diprediksi hanya akan mencapai sebesar 2,3 juta ton sampai 2,4 juta ton.

Asril menambahkan, selain terpengaruh pertumbuhan industri otomotif, penurunan produksi karet Indonesia juga disebabkan masuknya musim gugur daun dan curah hujan tinggi pada akhir tahun lalu. Akibat gugur daun produksi getah karet turun hingga 10%. "Curah hujan tinggi pada November tahun lalu berimbas hingga awal tahun," katanya.

Akibat dua hal itu, produksi karet secara nasional turun antara 10.000 ton hingga 20.000 ton untuk setiap bulannya atau sekitar 4,2% hingga 8,3% dari rata-rata produksi karet secara nasional yang adalah 240.000 ton per bulan. "Dua bulan pertama tahun ini, produksi kita turun karena imbas musim hujan," ujar Erwin Tunas, Asisten Direktur Eksekutif Gapkindo.

Sampai kuartal I–2012, realisasi produksi karet alam Indonesia mencapai 700.000 ton. Total produksi itu lebih rendah dibanding dengan periode sama tahun lalu yang sebanyak 745.000 ton.

Sedangkan untuk ekspornya hanya 564.320 ton, turun 9,7% dari tahun lalu yang sebanyak 624.910 ton. Akibat penurunan volume, nilai ekspor karet kuartal I–2012 juga turun dari US$ 3,048 miliar menjadi US$ 1,984 miliar.

Tidak hanya itu, tren penurunan harga komoditas karet di pasar dunia juga mempengaruhi produksi. Diperkirakan kondisi ini akan terus berlangsung sampai Juli 2012.

Asril pun mengimbau para penyadap karet untuk mengurangi hasil sadapan. Selain itu, "Perlu adanya pembicaraan tiga negara produsen karet, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Thailand untuk menyikapi tren penurunan harga karet dunia," katanya. Penurunan harga komoditas karet ini merupakan imbas krisis ekonomi Eropa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can