Target pajak Indonesia dinilai tidak masuk akal sejak awal



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerimaan pajak Indonesia terbilang minim. Data yang dirilis pemerintah menunjukkan, penerimaan dari pajak hanya tumbuh 2,68% menjadi Rp 705,59 triliun hingga akhir Juli 2019. Realisasi penerimaan pajak ini baru memenuhi 44,73% dari target APBN 2019 yang sebesar Rp 1.577,6 triliun hingga akhir tahun.

Menurut Ketua Badan Otonom Hipmi Tax Center Ajib Hamdani, pertumbuhan penerimaan pajak Indonesia sebenarnya bukan lesu, tetapi targetnya yang tidak masuk akal.

Baca Juga: Belanja subsidi pemerintah capai Rp 92,2 triliun hingga Juli 2019


"Target dari awal itu tidak achievable dan tidak masuk akal karena target pertumbuhan pajak kita selalu jauh lebih tinggi 2 atau 3 kali lipat dari jumlah target pertumbuhan inflasi maupun pertumbuhan ekonomi," kata Ajib saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (26/8).

Ajib mengatakan, dalam membuat prognosa penerimaan pajak, pemerintah harusnya menimbang usulan dari level bawah. Level bawah ini dari kantor pelayanan pajak (KPP) dan kantor wilayah pajak. "Seharusnya itu yang menjadi acuan target penerimaan pajak karena tingkat KPP dan kanwil merupakan ujung tombak dalam mencari pajak di lapangan," ujarnya.

Baca Juga: Penerimaan rendah, pemerintah perlu revisi target penerimaan pajak

Lalu, apa yang harus dilakukan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak? Ajib menyarankan pemerintah untuk fokus pada ekstensifikasi dan intensifikasi pajak.

"Ekstensifikasi itu berarti penambahan jumlah NPWP dan subjek pajak. Sementara intensifikasi adalah bagaimana mengintensifkan penerimaan yang sudah ada," tambah Ajib.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie