Target pajak & rupiah bayangi pasar saham



JAKARTA. Sempat beberapa kali mencetak rekor baru, laju Indeks Harga Saham Gabungan mulai tersendat. Kemarin, IHSG tutup di posisi 5.439,83. Angka ini menyusut 1,36% ketimbang posisi tertinggi IHSG sepanjang masa yang terjadi Jumat (6/3) di level 5.514,79.

Pemodal asing juga mulai memanggul koper dari pasar domestik. Sepekan terakhir, di Bursa Efek Indonesia, asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) hampir Rp 2 triliun.

Meski pasar tertekan, mayoritas analis belum merevisi target IHSG. Berdasarkan penelusuran Harian KONTAN, hanya Mandiri Sekuritas yang sudah memangkas target IHSG di akhir 2015, dari semula 6.350 menjadi 5.450.


Kepala Riset Mandiri Sekuritas John Rachmat menilai, risiko pasar tahun ini antara lain kenaikan target penerimaan pajak sebesar 30% . Jika tak tercapai, belanja infrastruktur pemerintah bisa terpangkas. Selain itu, ada kisruh antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kepolisian yang menyebabkan minat investor berkurang.

Investor juga masih menantikan kenaikan suku bunga The Fed. Hal ini bisa menekan rupiah dan IHSG. 

Sementara Norico Gaman, Kepala Riset BNI Securities  memiliki dua skenario arah IHSG hingga akhir tahun ini, yakni moderat dan optimistis. Secara moderat, IHSG sampai akhir 2015 mencapai 5.750. Asal, pertumbuhan ekonomi  5,4% dan pertumbuhan laba korporasi 17%-18%.

Dari kacamata optimistis, Norico memprediksikan, IHSG di 6.200 pada akhir tahun nanti. Kondisi itu terjadi jika pertumbuhan ekonomi 5,6%-5,7%, diiringi pertumbuhan laba korporasi di atas 20%. 

Hingga akhir bulan ini, IHSG masih berpotensi tertekan. Norico memperkirakan IHSG bisa menuju 5.400-5.350. "Ini koreksi wajar karena investor merealisasikan keuntungan," ujar Norico, yang mengaku belum merevisi target IHSG tahun ini.

Sebastian Tobing, Head of Research and Institutional Business Trimegah Securities, memprediksikan, The Fed akan menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin pada pertengahan tahun ini. Sementara BI rate bertahan di level saat ini. "Inflasi yang terkendali membuat IHSG masih positif di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga," ujar dia.

Hingga akhir tahun, arah IHSG masih positif. Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menilai, investor asing mulai tertular kecemasan atas kejatuhan nilai tukar rupiah. Tren bullish IHSG bisa berakhir jika dana asing terus keluar akibat pelemahan rupiah tersebut.

Sebagai gambaran, Kamis (12/3), di pasar spot, rupiah menguat tipis 0,09% menjadi Rp 13.180 per dollar AS. Tapi, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, rupiah masih terpeleset 0,09% ke level Rp 13.176 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto