Target pendapatan Acset tidak sesuai harapan



JAKARTA. Nilai tukar rupiah yang masih kurang darah belakangan ini membuat target pendapatan perusahaan konstruksi PT Acset Indonusa Tbk (ACST) sampai akhir 2013 sebesar Rp 1 triliun tidak bisa terpenuhi.

Agustinus Hambadi, Direktur Keuangan Acset Indonusa memperkirakan pendapatan perusahaan ini hingga akhir tahun ini sekitar 85% - 90% dari target yang dipatok. Hal ini setelah melihat pendapatan sampai kuartal III-2013. "Hingga akhir September ini pendapatan kami baru terpenuhi 60% dari target," katanya ke KONTAN, Senin (28/10).

Melesetnya target pendapatan ini selain karena lonjakan harga bahan bangunan, terutama yang impor, juga lantaran adanya persoalan teknis. Artinya ada pekerjaan yang ternyata diluar rencana semula.


Sayang, Hambadi tidak memerinci persoalan teknis yang dimaksud. Yang jelas, meski ada hambatan, pendapatan proyek konstruksi perusahaan ini selama Januari sampai September 2013 mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun lalu.

Lagi-lagi ia enggan memberi tahu informasi laju pertumbuhan pendapatan ini. Pasalnya, laporan keuangan Acset pada kuartal III-2013 baru kelar akhir Oktober ini.

Sementara dari sisi kontrak, per akhir September 2013 Acset sudah berhasil mendapatkan kontrak senilai Rp 1,61 triliun adapun hasil kontrak di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,3 triliun. Hasil ini melampau target yang dipatok sebesar Rp 1,5 triliun di periode yang sama.

Salah satu kontrak besar yang Acset raih adalah pembangunan superblok District 8 @ Lot 28 SCBD milik pengembang Agung Sedayu Group. Di proyek ini, Acset akan menggarap pembangunan tujuh menara yang terdiri dari tiga gedung perkantoran, satu apartemen, satu apartemen servis dan satu hotel.

Untuk proyek ini, Acset menggandeng perusahaan konstruksi asal Korea Daewoo Enginering and Construction. Total nilai proyek ini sebesar Rp 800 miliar.Sedangkan proyek yang baru saja Acset raih adalah sebuah proyek kontrak pondasi di Jakarta yang namanya masih dirahasiakan. Proyek ini bernilai Rp 30 miliar dan masih dalam proses penyelesaian kontrak.

Ada lagi proyek gedung perkantoran Centennial milik PT Citratama Inti Persada. Gedung perkantoran satu menara di kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan ini memiliki 40 lantai. Dan diperkirakan bakal kelar dua tahun nanti.

Sedangkan satu proyek pondasi di Myanmar terpaksa Acset tunda. Rencananya, proyek ini bakal terlaksana akhir tahun ini. Namun terpaksa ditunda sampai tahun depan. Pasalnya, hingga kini proses pengurusan perizinan dengan dua mitra asal Myanmar masih terus berlangsung.

Dalam proyek kemitraan ini, Acset menggenggam porsi saham 51%. Sisanya milik perusahaan Myanmar.Selain itu, perusahaan ini juga berencana melebarkan sayap bisnis ke bisnis penyewaan alat berat. Sayang, Hamdani masih enggan membocorkan rencana ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon