JAKARTA. Pemerintah menaikkan target penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tahun ini. Dalam APBNP 2013 target PNBP ditetapkan sebesar Rp 344,49 triliun, naik 3,7% ketimbang targetnya di APBN 2013 yang sebesar 332,19 triliun. Meski begitu, target penerimaan PNBP dari gas bumi justru diturunkan dari Rp 53,95 triliun dalam APBN 2013 menjadi Rp 50,47 triliun dalam RAPBNP 2013. Dalam draft RAPBNP 2013 disebutkan penerimaan PNBP dari Sumber Daya Alam (SDA) ditargetkan sebesar Rp 201,7 triliun, naik 2,3% dari APBN 2013 yang sebesar Rp 197,2 triliun. "Peningkatan penerimaan SDA terutama disebabkan oleh perubahan ICP dan kurs rupiah yang terdepresiasi," jelas Direktur PNBP Ditjen Anggaran Askolani baru-baru ini. Hanya saja, untuk penerimaan gas bumi mengalami penurunan. Dalam APBN 2013 penerimaan gas bumi ditargetkan sebesar Rp 53,95 triliun, namun dalam RAPBNP 2013 penerimaan gas bumi turun menjadi Rp 50,47 triliun. Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Brodjonegoro menjelaskan penurunan target penerimaan gas disebabkan karena turunnya target lifting gas dalam RAPBNP 2013. "Penerimaan minyak bumi tetap naik karena tertolong harga minyak yang naik. Tapi kalau gas, kenaikan harganya tidak setinggi minyak," ujarnya akhir pekan lalu. Catatan saja, dalam RAPBNP 2013 pemerintah mematok asumsi lifting gas sebesar 1,24 juta barel setara minyak per hari, lebih rendah dari target yang dipatok dalam APBN 2013 yang sebesar 1,36 barel setara minyak per hari. Selama tahun 2008 - 2011 realisasi lifting gas sebenarnya terus menunjukkan tren naik. Puncak produksi gas tertinggi tercapai pada tahun 2011 yaitu sebesar 1,269 juta barel setara minyak per hari. Namun, sejak tahun 2012 realisais lifting gas bumi turun menjadi 1,260 juta barel setara minyak per hari. Selama Desember 2012 hingga Februari 2013 realisis lifting gas bumi mencapai 1,168 juta barel setara minyak per hari. Meski target lifting gas sudah diturunkan, namun realisasi lifting gas diperkirakan akan setinggi targetnya. Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan tersebut antara lain meliputi masalah lisensi, masalah lahan, kompensasi, dan masalah internal perusahaan. Faktor-faktor ini mash akan menjadi kendala dalam mencapai target lifting di tahun 2013. Untuk PNBP dari SDA non migas terjadi sedikit peningkatan dari Rp 22,3 triliun dalam APBN 2013 menjadi Rp 22,4 triliun. Kenaikan ini berasal dari penerimaan panas bumi yang naik dari Rp 400 miliar dalam APBN 2013 menjadi Rp 500 miliar dalam RAPBNP 2013. Sedangkan penerimaan yang berasal dari bagian laba BUMN juga meningkat dari Rp 33,5 triliun dalam APBN 2013 menjadi Rp 35,5 triliun di RAPBNP 2013. Askolani bilang, peningkatan bagian pemerintah atas laba BUMN ini akan berasal dari tambahan dividen dari PT Krakatau Steel dan PT Freeport, serta realiasi dividen perbankan yang melebihi target awal. Sementara itu, untuk PNBP lainnya juga meningkat menadri Rp 83,83 triliun. Peningkatan inidisebebkkan naiknya penerimaan domestik market obligation (DMO) minyak mentah sebesar Rp 511,33 triloun. Selain itu, ada kenaikan target PNBP Kementerian Keuangan maik dari Rp 2,45 triliun menjadi Rp 2,53 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Target penerimaan gas bumi APBNP 2013 turun
JAKARTA. Pemerintah menaikkan target penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tahun ini. Dalam APBNP 2013 target PNBP ditetapkan sebesar Rp 344,49 triliun, naik 3,7% ketimbang targetnya di APBN 2013 yang sebesar 332,19 triliun. Meski begitu, target penerimaan PNBP dari gas bumi justru diturunkan dari Rp 53,95 triliun dalam APBN 2013 menjadi Rp 50,47 triliun dalam RAPBNP 2013. Dalam draft RAPBNP 2013 disebutkan penerimaan PNBP dari Sumber Daya Alam (SDA) ditargetkan sebesar Rp 201,7 triliun, naik 2,3% dari APBN 2013 yang sebesar Rp 197,2 triliun. "Peningkatan penerimaan SDA terutama disebabkan oleh perubahan ICP dan kurs rupiah yang terdepresiasi," jelas Direktur PNBP Ditjen Anggaran Askolani baru-baru ini. Hanya saja, untuk penerimaan gas bumi mengalami penurunan. Dalam APBN 2013 penerimaan gas bumi ditargetkan sebesar Rp 53,95 triliun, namun dalam RAPBNP 2013 penerimaan gas bumi turun menjadi Rp 50,47 triliun. Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Brodjonegoro menjelaskan penurunan target penerimaan gas disebabkan karena turunnya target lifting gas dalam RAPBNP 2013. "Penerimaan minyak bumi tetap naik karena tertolong harga minyak yang naik. Tapi kalau gas, kenaikan harganya tidak setinggi minyak," ujarnya akhir pekan lalu. Catatan saja, dalam RAPBNP 2013 pemerintah mematok asumsi lifting gas sebesar 1,24 juta barel setara minyak per hari, lebih rendah dari target yang dipatok dalam APBN 2013 yang sebesar 1,36 barel setara minyak per hari. Selama tahun 2008 - 2011 realisasi lifting gas sebenarnya terus menunjukkan tren naik. Puncak produksi gas tertinggi tercapai pada tahun 2011 yaitu sebesar 1,269 juta barel setara minyak per hari. Namun, sejak tahun 2012 realisais lifting gas bumi turun menjadi 1,260 juta barel setara minyak per hari. Selama Desember 2012 hingga Februari 2013 realisis lifting gas bumi mencapai 1,168 juta barel setara minyak per hari. Meski target lifting gas sudah diturunkan, namun realisasi lifting gas diperkirakan akan setinggi targetnya. Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan tersebut antara lain meliputi masalah lisensi, masalah lahan, kompensasi, dan masalah internal perusahaan. Faktor-faktor ini mash akan menjadi kendala dalam mencapai target lifting di tahun 2013. Untuk PNBP dari SDA non migas terjadi sedikit peningkatan dari Rp 22,3 triliun dalam APBN 2013 menjadi Rp 22,4 triliun. Kenaikan ini berasal dari penerimaan panas bumi yang naik dari Rp 400 miliar dalam APBN 2013 menjadi Rp 500 miliar dalam RAPBNP 2013. Sedangkan penerimaan yang berasal dari bagian laba BUMN juga meningkat dari Rp 33,5 triliun dalam APBN 2013 menjadi Rp 35,5 triliun di RAPBNP 2013. Askolani bilang, peningkatan bagian pemerintah atas laba BUMN ini akan berasal dari tambahan dividen dari PT Krakatau Steel dan PT Freeport, serta realiasi dividen perbankan yang melebihi target awal. Sementara itu, untuk PNBP lainnya juga meningkat menadri Rp 83,83 triliun. Peningkatan inidisebebkkan naiknya penerimaan domestik market obligation (DMO) minyak mentah sebesar Rp 511,33 triloun. Selain itu, ada kenaikan target PNBP Kementerian Keuangan maik dari Rp 2,45 triliun menjadi Rp 2,53 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News