JAKARTA. Runtuhnya beberapa harga komoditas kembali berimbas pada sektor manufaktur. Lantaran harga komoditas anjlok, maka penjualan alat berat baru ikut terpangkas.Harga komoditas yang paling terpuruk saat ini adalah crude palm oil (CPO) alias minyak sawit mentah dari US$ 1.300 per ton menjadi US$ 550 per ton. Padahal, industri ini selalu menopang penjualan alat berat sekitar 30%. "Karena harga CPO turun, maka penjualan alat berat kembali terpangkas," kata Sekretaris Jenderal Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) Pratjojo Dewo, Rabu (22/10).Padahal, menurut Dewo, saat harga komoditas termasuk diantaranya CPO melambung tinggi, penjualan alat berat sangat menjanjikan. Oleh karena itu, ramai-ramai para produsen meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 6.000 unit per tahun. "Investasi ini dilakukan sejak awal tahun,"tuturnya, tanpa mau menyebutkan nilai investasi yang dibenamkan.Bukti kenaikan harga komoditas mempengaruhi penjualan alat berat, hingga kuartal ketiga saja Hinabi telah berhasil menjual alat berat tertinggi sepanjang sejarah yakni sebanyak 4.500 unit dengan nilai US$ 700.000. "Pada 2007 kan Hinabi hanya mampu menjual 4.789 unit saja," paparnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Target Penjualan Alat Berat Terkoreksi
JAKARTA. Runtuhnya beberapa harga komoditas kembali berimbas pada sektor manufaktur. Lantaran harga komoditas anjlok, maka penjualan alat berat baru ikut terpangkas.Harga komoditas yang paling terpuruk saat ini adalah crude palm oil (CPO) alias minyak sawit mentah dari US$ 1.300 per ton menjadi US$ 550 per ton. Padahal, industri ini selalu menopang penjualan alat berat sekitar 30%. "Karena harga CPO turun, maka penjualan alat berat kembali terpangkas," kata Sekretaris Jenderal Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) Pratjojo Dewo, Rabu (22/10).Padahal, menurut Dewo, saat harga komoditas termasuk diantaranya CPO melambung tinggi, penjualan alat berat sangat menjanjikan. Oleh karena itu, ramai-ramai para produsen meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 6.000 unit per tahun. "Investasi ini dilakukan sejak awal tahun,"tuturnya, tanpa mau menyebutkan nilai investasi yang dibenamkan.Bukti kenaikan harga komoditas mempengaruhi penjualan alat berat, hingga kuartal ketiga saja Hinabi telah berhasil menjual alat berat tertinggi sepanjang sejarah yakni sebanyak 4.500 unit dengan nilai US$ 700.000. "Pada 2007 kan Hinabi hanya mampu menjual 4.789 unit saja," paparnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News