JAKARTA. Perusahaan pembiayaan PT Buana Finance Tbk (BBLD) alias Buana Finance berharap porsi pembiayaan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR)-nya dapat menggemuk di tahun Kambing Kayu ini. Per akhir Maret 2015, pembiayaan KPR emiten berkode BBLD ini mencapai sekitar Rp 13,41 miliar. Sejatinya untuk triwulan pertama 2015, Buana Finance mematok penyaluran KPR sebesar Rp 22,35 miliar. Nyatanya, BBLD hanya sanggup menyalurkan kredit sekitar 60% dari target tersebut. "KPR itu terealisasikan 60% dari budget," ujar Direktur perseroan, Herman Lesmana kepada KONTAN, Jumat (24/4). Dari pembiayaan Buana Finance yang mencapai Rp 600 miliar di kuartal I 2015, lini pembiayaan KPR hanya menempati porsi 2,23%. Persentase tersebut mengecil ketimbang realisasi pembiayaan KPR yang mencapai porsi 2,7% dari pembiayaan tahun 2014 lalu yang berkisar Rp 2,3 triliun. Namun Herman optimistis, angka pembiayaan KPR perseroan dapat membesar sejak di kuartal kedua tahun ini. "Diharapkan bulan Mei sudah ada pergerakannya," tuturnya. Herman mengaku, memang tak mudah bagi perusahaan pembiayaan atawa multifinance bersaing dengan lembaga keuangan seperti perbankan dalam menyalurkan KPR. Oleh karena itu, Buana Finance pun membidik segmen masyarakat yang bukan termasuk lahan perbankan, yaitu segmen non bank. Artinya, mereka mengincar para konsumen menengah ke bawah yang berada di cakupan jaringan Buana Finance, baik yang meminta pembiayaan rumah maupun rumah toko (ruko). "Kami membiayai rumah baru maupun bekas. Rp 250 juta juga kami terima," pungkasnya. Herman enggan membeberkan target perubahan komposisi setiap lini pembiayaan mereka. Tetapi, ia optimistis penyaluran kredit pada kuartal kedua akan membaik. Hal itu dapat terdorong apabila proyek pemerintah yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dapat mulai terealisasikan. Sehingga, perekonomian masyarakat juga dapat terangkat yang dapat menyuntik daya beli mereka. Ujung-ujungnya, Buana Finance bisa ketiban rezeki dari semua lini pembiayaannya. Di sisi lain, lanjut Herman, mereka juga berharap porsi pembiayaan konsumen alias consumer financing-nya dapat ikut-ikutan menggemuk. Ia mengaku, pembiayaan konsumen saat ini cukup lesu. "Sebetulnya market membutuhkan dana cadangan (cash flow) karena dengan kondisi sektor riil yang belum pulih menyebabkan daya beli masyarakat menurun," katanya. Apalagi, terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) di beberapa sektor industri tanah air. Tak ayal, daya beli masyarakat pun menurun sehingga berimbas pada performa pembiayaan konsumen. Oleh karena itu, Herman menyarankan pemerintah harus mulai waspada terhadap kondisi dalam negeri yang melempem. Dalam lini pembiayaan konsumen, Buana Finance menerima permintaan pembiayaan kendaraan bermotor, barang elektronik, serta alat-alat rumah tangga. Saat ini, perseroan memiliki 26 kantor cabang yang tersebar di Jawa, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, serta Bali. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Target penyaluran KPR Buana Finance melempem
JAKARTA. Perusahaan pembiayaan PT Buana Finance Tbk (BBLD) alias Buana Finance berharap porsi pembiayaan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR)-nya dapat menggemuk di tahun Kambing Kayu ini. Per akhir Maret 2015, pembiayaan KPR emiten berkode BBLD ini mencapai sekitar Rp 13,41 miliar. Sejatinya untuk triwulan pertama 2015, Buana Finance mematok penyaluran KPR sebesar Rp 22,35 miliar. Nyatanya, BBLD hanya sanggup menyalurkan kredit sekitar 60% dari target tersebut. "KPR itu terealisasikan 60% dari budget," ujar Direktur perseroan, Herman Lesmana kepada KONTAN, Jumat (24/4). Dari pembiayaan Buana Finance yang mencapai Rp 600 miliar di kuartal I 2015, lini pembiayaan KPR hanya menempati porsi 2,23%. Persentase tersebut mengecil ketimbang realisasi pembiayaan KPR yang mencapai porsi 2,7% dari pembiayaan tahun 2014 lalu yang berkisar Rp 2,3 triliun. Namun Herman optimistis, angka pembiayaan KPR perseroan dapat membesar sejak di kuartal kedua tahun ini. "Diharapkan bulan Mei sudah ada pergerakannya," tuturnya. Herman mengaku, memang tak mudah bagi perusahaan pembiayaan atawa multifinance bersaing dengan lembaga keuangan seperti perbankan dalam menyalurkan KPR. Oleh karena itu, Buana Finance pun membidik segmen masyarakat yang bukan termasuk lahan perbankan, yaitu segmen non bank. Artinya, mereka mengincar para konsumen menengah ke bawah yang berada di cakupan jaringan Buana Finance, baik yang meminta pembiayaan rumah maupun rumah toko (ruko). "Kami membiayai rumah baru maupun bekas. Rp 250 juta juga kami terima," pungkasnya. Herman enggan membeberkan target perubahan komposisi setiap lini pembiayaan mereka. Tetapi, ia optimistis penyaluran kredit pada kuartal kedua akan membaik. Hal itu dapat terdorong apabila proyek pemerintah yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dapat mulai terealisasikan. Sehingga, perekonomian masyarakat juga dapat terangkat yang dapat menyuntik daya beli mereka. Ujung-ujungnya, Buana Finance bisa ketiban rezeki dari semua lini pembiayaannya. Di sisi lain, lanjut Herman, mereka juga berharap porsi pembiayaan konsumen alias consumer financing-nya dapat ikut-ikutan menggemuk. Ia mengaku, pembiayaan konsumen saat ini cukup lesu. "Sebetulnya market membutuhkan dana cadangan (cash flow) karena dengan kondisi sektor riil yang belum pulih menyebabkan daya beli masyarakat menurun," katanya. Apalagi, terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) di beberapa sektor industri tanah air. Tak ayal, daya beli masyarakat pun menurun sehingga berimbas pada performa pembiayaan konsumen. Oleh karena itu, Herman menyarankan pemerintah harus mulai waspada terhadap kondisi dalam negeri yang melempem. Dalam lini pembiayaan konsumen, Buana Finance menerima permintaan pembiayaan kendaraan bermotor, barang elektronik, serta alat-alat rumah tangga. Saat ini, perseroan memiliki 26 kantor cabang yang tersebar di Jawa, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, serta Bali. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News