KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laju penyaluran kredit perbankan semakin melambat per Juni 2023. Penyebabnya, permintaan kredit dari pelaku usaha turun karena mereka cenderung wait and see terhadap perkembangan kondisi terkini, dalam meningkatkan rencana investasinya ke depan. Alhasil, Bank Indonesia (BI) pun memangkas proyeksi pertumbuhan kredit perbankan tahun ini, dari semula 10%-12% jadi 9%-11%. Berdasarkan data bank sentral, kredit perbankan hanya tumbuh 7,76% secara tahunan pada Juni 2023. Ini merupakan laju terlambat sepanjang tahun ini, setelah pada April lalu hanya berhasil tumbuh 8,08% secara tahunan. Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, korporasi saat ini bahkan cenderung melakukan pelunasan kreditnya. "Ini sejalan dengan longgarnya sisi penawaran oleh tersedianya likuiditas, tingginya rencana penyaluran kredit, serta longgarnya standar penyaluran kredit perbankan," kata dia, Selasa (25/7).
Untuk mendorong ekspansi kredit tahun ini, BI akan memberikan dukungan dari sisi penawaran perbankan. Perry menyebut, BI akan memberi insentif likuiditas, yang akan difokuskan pada sektor-sektor yang memiliki daya ungkit lebih tinggi bagi pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, khususnya pada sektor hilirisasi, perumahan, pariwisata, inklusif, serta ekonomi keuangan hijau. Dalam hal ini, BI meningkatkan besaran total insentif likuiditas paling besar 4%, dari sebelumnya paling besar 2,8%, untuk penyaluran kredit ke sektor tertentu yang ditetapkan BI. "Tambahan insentif likuiditas ini mencapai Rp 47,8 triliun," kata Perry. Perlambatan laju kredit salah satunya dialami Bank Central Asia (BCA). Kredit bank ini mampu tumbuh 12% secara tahunan pada kuartal I lalu, namun pada semester pertama tahun ini hanya mampu tumbuh 9%. Pertumbuhan kredit BCA di semester I ditopang segmen konsumer, yang tumbuh 12%, serta segmen komersial dan UMKM yang naik 10,9%. Sedangkan segmen korporasi hanya meningkat 5,1%. Kendati begitu, BCA tetap optimistis penyaluran kredit tahun ini naik sekitar 9%-12%. Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, mengatakan, target masih dipertahankan karena masih ada potensi terjadi peningkatan pesat permintaan kredit korporasi di akhir tahun. Pertumbuhan kredit PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) lebih mini lagi. Hingga Juni 2023, kredit bank pelat merah ini hanya tumbuh 4,9% secara tahunan. Pertumbuhan ini hanya ditopang oleh segmen konsumer yang tumbuh 11,7% dan korporasi naik 7,4%. Sedangkan segmen medium dan usaha mikro,kecil, dan menengah (UMKM) tercatat mengalami penurunan masing-masing 0,7% dan 6,3%. Sementara hingga akhir tahun 2023, BNI telah menetapkan target kredit tumbuh sekitar 7%-9%. Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, kredit akan lebih digenjot lagi pada paruh kedua ini. "Masih ada ruang untuk tumbuh lebih baik lagi yang akan kami akselerasi pada semester II," kata dia, Selasa (25/7). Adapun Bank Tabungan Negara (BTN) hanya mampu menorehkan pertumbuhan kredit 7,52% pada semester I 2023. KPR BTN tercatat tumbuh tumbuh 9,18% secara tahunan menjadi Rp 243 triliun. KPR BTN masih didominasi KPR subsidi dengan outstanding mencapai Rp 152,16 triliun atau meningkat 10,6% secara
year on year (yoy). Sedangkan KPR non subsidi hanya mencapai Rp 90,8 triliun atau tumbuh 6,49% yoy.
Selain KPR, pertumbuhan kredit BTN juga ditopang oleh kredit korporasi di sektor non perumahan yang melesat 39% menjadi Rp 21,3 triliun. Adapun kredit konstruksi sektor perumahan BTN turun 14,58% yoy jadi Rp 19,2 triliun, kredit komersial non perumahan kontraksi 14,14% yoy jadi Rp 10,2 triliun, dan kredit konsumer non perumahan turun 5,08% yoy jadi Rp 6,5 triliun. “Kami memacu kredit dengan sangat memperhatikan prinsip kehati-hatian. Rasio NPL Gross kami masih terjaga dengan baik di level 3,66% dan akan diturunkan ke bawah 3% hingga akhir tahun,” kata Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dina Hutauruk