KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan produksi nikel untuk tahun 2025 adalah berkisar 220 juta. "220 juta (ton) ini yang target 2025, produksi tahun ini," ungkap Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen) Kementerian ESDM Tri Winarno, dalam acara capaian kinerja ESDM, Senin (03/02). Kalau dibandingkan, angka ini sebenarnya tidak berbeda jauh dengan target Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) produksi nikel sepanjang tahun 2024 yang sebesar 240 juta ton. Menurut Tri, jika terjadi over produksi nikel, maka kelebihan produksi pada fasilitas pemurnian atau smelter. Baca Juga: Klaim Penurunan Harga Nikel Menguntungkan Indonesia Masih Terlalu Dini "Sekarang ini kalau misalnya ada over produksi, berarti dari smelternya. Kalau misalnya kita mengendalikan juga, nanti kita hitung berapa sebetulnya kebutuhan dunia terhadap industri nikel itu," tambahnya. Tri menambahkan, saat ini belum ada langkah pasti untuk memotong target produksi nikel 2025. Kementerian ESDM kata dia masih melakukan tahap evaluasi. "Untuk saat ini kita lakukan evaluasi terhadap nikel yang ada, berapa yang pas, supaya seperti yang disampaikan Pak Menteri (Bahlil Lahadalia), jangan sampai kita produksinya tinggi, tetapi harganya rendah," katanya. Asal tahu saja, mengutip data dari Trading Economic, harga nikel telah turun US$ 70 per ton atau per metrik ton (MT) sejak awal tahun ini. Sementara, harga nikel per hari ini, Rabu (05/02) berada pada angka US$ 15.280 per ton atau turun 0,39% dibandingkan harga kemarin. Baca Juga: Harga Nikel Anjlok Imbas Kebijakan Trump, Rosan: Justru Untungkan Indonesia Jika dirinci, harga ini naik tipis sebesar 0,26% dalam kurun waktu satu bulan terakhir. Dan turun 3,01% jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Terkait seberapa lama harga nikel akan mengalami penurunan Dewan Penasihat Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) Djoko Widajatno mengatakan prediksi jangka panjang memang sangat bergantung pada beberapa faktor, termasuk kondisi ekonomi global, kebijakan perdagangan, serta permintaan dari sektor-sektor utama seperti kendaraan listrik dan energi terbarukan. "Pada awal tahun ini, penurunan harga nikel sebagian besar dipicu oleh ketidakpastian ekonomi global, kebijakan proteksionisme, dan fluktuasi pasar. Namun, faktor-faktor ini bisa berubah seiring waktu," kata dia saat dihubungi Kontan, Selasa (04/02). Namun dia optimis ada beberapa langkah yang dapat dilakukan Indonesia agar muncul katalis positif sehingga mempengaruhi arah harga nikel dalam waktu dekat.
Target Produksi 220 Juta Ton Nikel Tahun Ini Dibayangi Penurunan Harga
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan produksi nikel untuk tahun 2025 adalah berkisar 220 juta. "220 juta (ton) ini yang target 2025, produksi tahun ini," ungkap Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen) Kementerian ESDM Tri Winarno, dalam acara capaian kinerja ESDM, Senin (03/02). Kalau dibandingkan, angka ini sebenarnya tidak berbeda jauh dengan target Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) produksi nikel sepanjang tahun 2024 yang sebesar 240 juta ton. Menurut Tri, jika terjadi over produksi nikel, maka kelebihan produksi pada fasilitas pemurnian atau smelter. Baca Juga: Klaim Penurunan Harga Nikel Menguntungkan Indonesia Masih Terlalu Dini "Sekarang ini kalau misalnya ada over produksi, berarti dari smelternya. Kalau misalnya kita mengendalikan juga, nanti kita hitung berapa sebetulnya kebutuhan dunia terhadap industri nikel itu," tambahnya. Tri menambahkan, saat ini belum ada langkah pasti untuk memotong target produksi nikel 2025. Kementerian ESDM kata dia masih melakukan tahap evaluasi. "Untuk saat ini kita lakukan evaluasi terhadap nikel yang ada, berapa yang pas, supaya seperti yang disampaikan Pak Menteri (Bahlil Lahadalia), jangan sampai kita produksinya tinggi, tetapi harganya rendah," katanya. Asal tahu saja, mengutip data dari Trading Economic, harga nikel telah turun US$ 70 per ton atau per metrik ton (MT) sejak awal tahun ini. Sementara, harga nikel per hari ini, Rabu (05/02) berada pada angka US$ 15.280 per ton atau turun 0,39% dibandingkan harga kemarin. Baca Juga: Harga Nikel Anjlok Imbas Kebijakan Trump, Rosan: Justru Untungkan Indonesia Jika dirinci, harga ini naik tipis sebesar 0,26% dalam kurun waktu satu bulan terakhir. Dan turun 3,01% jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Terkait seberapa lama harga nikel akan mengalami penurunan Dewan Penasihat Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) Djoko Widajatno mengatakan prediksi jangka panjang memang sangat bergantung pada beberapa faktor, termasuk kondisi ekonomi global, kebijakan perdagangan, serta permintaan dari sektor-sektor utama seperti kendaraan listrik dan energi terbarukan. "Pada awal tahun ini, penurunan harga nikel sebagian besar dipicu oleh ketidakpastian ekonomi global, kebijakan proteksionisme, dan fluktuasi pasar. Namun, faktor-faktor ini bisa berubah seiring waktu," kata dia saat dihubungi Kontan, Selasa (04/02). Namun dia optimis ada beberapa langkah yang dapat dilakukan Indonesia agar muncul katalis positif sehingga mempengaruhi arah harga nikel dalam waktu dekat.