KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Harum Energy Tbk (
HRUM) bersiap memanen hasil ekspansi di segmen bisnis nikel. Bersamaan dengan itu, HRUM berupaya menjaga stabilitas pada pertambangan batubara yang masih menjadi pilar utama. Direktur Utama Harum Energy Ray Antonio Gunara mengungkapkan HRUM akan menjaga tingkat produksi batubara pada level 6 juta ton. Langkah ini sesuai dengan kuota produksi yang disetujui oleh pemerintah melalui Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) pada tahun 2024-2026. "Cukup konsisten untuk tiga tahun ke depan. Namun kami akan terus memantau kondisi pasar dan situasi operasional di lapangan. Sehingga apabila ada peluang untuk meningkatkan produksi, ke depan akan kami tinjau secara reguler," ungkap Ray dalam paparan publik yang digelar secara virtual, Jum'at (7/6).
Pada tahun ini, HRUM mengejar target produksi antara 5,5 juta - 6,1 juta ton. Lebih rendah dibandingkan realisasi tahun lalu yang mencapai sekitar 7 juta ton. Ray bilang, penurunan tingkat produksi ini menyesuaikan dengan harga batubara dan stripping ratio untuk menjaga stabilitas biaya.
Baca Juga: Simak Penyebab Laba Bersih Harum Energy (HRUM) Ambles Jadi US$ 0,98 Juta Sejalan dengan itu, volume penjualan batubara HRUM tahun ini juga ditargetkan pada level 5,5 juta - 6,1 juta ton. Hingga kuartal I-2024, realisasi volume penjualan batubara HRUM sebesar 1,7 juta ton.
Sedangkan untuk nikel, HRUM mengejar produksi dan penjualan bijih pada level 500.000 - 1 juta ton. Kemudian produksi dan penjualan Nickel Pig Iron (NPI) sebanyak 23.800 - 28.000 ton, serta produksi dan penjualan nickel matte sebesar 38.000 - 42.000 ton. HRUM akan menggenjot operasi penambangan bijih nikel pada semester II-2024. Selain itu, HRUM menggelar ekspansi kapasitas nikel untuk proses hilirisasi, sehingga bisa mendiversifikasi produk nikel turunan.
Baca Juga: Harga Nikel Dalam Tren Meningkat, Kementerian ESDM: Berdampak Positif ke Emiten Langkah ini diharapkan bisa meningkatkan pendapatan dan laba, termasuk adanya potensi arus kas yang stabil dari struktur biaya produksi yang kompetitif dan insentif pajak. HRUM pun mengoptimalkan kapasitas smelter nikel matte yang baru beroperasi Maret 2024 lalu di bawah PT Westrong Metal Industri (WMI). HRUM menargetkan smelter WMI bisa beroperasi dengan tingkat produksi 85% dari kapasitas terpasang sebelum akhir tahun 2024. Berbarengan dengan itu, HRUM sedang membangun smelter nikel PT Blue Sparking Energy (BSE). Konstruksi proyek smelter nikel dengan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) ini ditargetkan rampung pada akhir tahun 2025, dan bisa berproduksi komersial pada kuartal I-2026. Smelter BSE ini akan memproduksi
mixed hydroxide precipitate (MHP).
Baca Juga: Tahun 2023, Harum Energy (HRUM) Raih Pendapatan US$ 925,52 Juta Saat ekspansi rampung, HRUM membidik total produksi nikel sebanyak 151.000 ton per tahun. Terdiri dari 56.000 ton nikel matte dari smelter WMI, 67.000 ton MHP dari smelter BSE dan 28.000
nickel pig iron dari smelter PT Infei Metal Industry yang telah beroperasi sejak April 2022.
Proyeksi Kinerja HRUM
Pada tahun ini, harga komoditas masih menjadi tantangan. Di segmen batubara, harga rata-rata penjualan kuartal I-2024 sebesar US$ 99,9 per ton atau menyusut 37,9% dari periode yang sama tahun lalu, yang kala itu mencapai US$ 160,9 per ton. Meski begitu, Ray optimistis tren pergerakan harga batubara sudah lebih stabil. Ray menaksir level penurunan harga batubara pada tahun ini tidak akan sedalam tahun lalu. Begitu juga untuk harga nikel. Sempat berfluktuasi kencang di awal tahun, harga nikel kembali melejit hingga sempat menembus level US$ 20.000 per ton. Ray memprediksi harga nikel dalam jangka panjang akan stabil di level US$ 16.000 - US$ 20.000 per ton, sehingga cukup memberi potensi margin yang baik bagi HRUM. "(Kinerja HRUM) akan sangat tergantung dari realisasi harga jual batubara dan nikel. Tapi kami merasa lebih optimistis, harga batubara tidak akan turun sebesar di 2023 dan harga nikel sudah terlihat lebih stabil," terang Ray.
Baca Juga: Emiten Nikel Berharap Kenaikan Harga Nikel Mendongkrak Kinerja Perusahaan Secara kinerja, top line dan
bottom line HRUM kompak merosot pada kuartal I-2024. HRUM meraup total pendapatan senilai US$ 265,97 juta dalam tiga bulan pertama 2024, turun 9,68% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. HRUM hanya mampu meraih laba bersih senilai US$ 987.319 pada kuartal I-2024. Terjun dibandingkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk HRUM kuartal I-2023 yang kala itu mencapai US$ 103,02 juta. Ray membeberkan penurunan tajam laba bersih HRUM bukan hanya karena pelemahan harga batubara. Faktor dominannya adalah adanya penyesuaian nilai wajar investasi awal dengan jumlah sekitar US$ 31 juta, terkait valuasi dari penambahan porsi kepemilikan HRUM di WMI dari 20% menjadi 80,7%. Namun, hal tersebut hanya berupa penyesuaian akuntansi yang bersifat non-tunai dan hanya terjadi sekali. Dengan adanya faktor penyesuaian akuntansi dan penurunan harga batubara tersebut, laba bersih HRUM tercatat menyusut signifikan secara tahunan.
Editor: Noverius Laoli