Target produksi minyak terancam insiden Cepu



JAKARTA. Produksi minyak nasional terancam karena terjadi kerusuhan di proyek Blok Cepu, Sabtu (1/8). Alhasil, Mobil Cepu Ltd (MCL), anak usaha ExxonMobil Oil Indonesia mengurangi produksi minyak di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, Bojonegoro, Jawa Timur.

Erwin Maryoto, Vice President Public and Government Affairs ExxonMobil Oil Indonesia, menyatakan, pihaknya terpaksa mengurangi produksi dari lapangan yang berdekatan dari kejadian kerusuhan tersebut demi keamanan terhadap pekerja, dan fasilitas-fasilitas yang ada. "Kami mengurangi sampai 50.000 bph dari 80.000 bph, Kami akan mengevaluasi kapan mulai produksi lagi," ujar Erwin pada KONTAN Minggu ( 2/8).

Dia berharap, pengurangan produksi ini hanya sementara dan Lapangan Banyu Urip bisa kembali berproduksi maksimal. Saat ini, pihak ExxonMobil Oil Indonesia sedang melakukan evaluasi agar bisa segera berproduksi. "Kami terus mengevaluasi, mudah-mudahan produksi segera normal," ujarnya.


Erwin menyebut, kerusuhan yang terjadi Sabtu (1/8) menyebabkan beberapa peralatan di kantor pelayanan administrasi blok minyak tersebut rusak. Untunglah, aksi ribuan pegawai di blok tersebut tidak sampai merusak peralatan yang berhubungan  langsung dengan produksi  minyak. "Hanya kantor pendukung proyek sehingga masih ada yang bisa berproduksi," tandasnya.

Biarpun produksi berkurang, Erwin memastikan, pihaknya terus berusaha meningkatkan produksi lagi agar bisa memenuhi target produksi dari pemerintah pada tahun ini yang bisa mencapai 165.000 bph. "Produksi tahun ini akan disesuaikan dengan harapan pemerintah. Kami ingin menaikkan produksi setinggi mungkin," ujar Erwin.

Masih optimistis

Boleh jadi, insiden Blok Cepu akan mengubah seluruh target produksi minyak pemerintah. Maklum, sebelumnya, Kepala Amien Sunaryadi, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan, tambahan produksi nasional tahun ini bertumpu pada Blok Cepu. Dia yakin, pada Oktober 2015 produksi bisa bertambah lagi menjadi 185.000 bph dan akhir tahun bisa 205.000 bph.  Adapun target produksi tahun ini 825.000 bph.

Apakah target tersebut masih bisa dipenuhi seiring gangguan produksi di Blok Cepu? Amien masih optimistis target  produksi nasional bisa terpenuhi. Dia menilai, dampak  insiden Blok Cepu tidak signifikan terhadap produksi nasional tidak signifikan.  "Saya mendapat update, Blok Cepu  sudah bisa produksi lagi Minggu (2/8) pukul 13.10 WIB," kata Amien kepada KONTAN  dalam acara peresmian LNG Donggi Senoro di Sulawesi Tengah, Minggu (2/8). Sekadar mengingatkan, akhir pekan lalu, ribuan orang pekerja Engeenering Procurement and Contruction (EPC)-1 di Lapangan Banyu Urip Blok Cepu, mengamuk. Sejumlah bangunan dan kendaraan hangus terbakar.

Asal tahu saja, kontraktor EPC-1 adalah PT Tripatra Engineers & Constructors dan Samsung Engineering Co Ltd. Sejauh ini, belum ada penjelasan resmi dari Tripatra, anak usaha Grup Indika, terkait insiden tersebut. Imelda Adhisaputra, Vice President of Environmental and External Affairs Indika Energy belum menjawab pertanyaan dari KONTAN.

Nah, aksi para pekerja itu sebagai bentuk protes atas pemangkasan waktu istirahat dan aturan wajib makan siang serentak bagi pekerja. Mereka juga memprotes rencana penerapan akses satu pintu mulai Agustus 2015, dari sebelumnya empat akses.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri