JAKARTA. PT Salim Ivomas Pratama (SIP) akhirnya hanya menerbitkan obligasi senilai Rp 730 miliar. Padahal, semula, anak usaha PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) ini berharap bisa meraup dana sebesar Rp 1,25 triliun dari aksi korporasi tersebut. Alhasil, rencana pelunasan utang lama dengan utang baru (refinancing) tak mencapai target.
Salim Ivomas memangkas nilai penerbitan obligasi lantaran para investor meminta imbal hasil atau yield yang lebih tinggi dari penawaran. Salim Ivomas hanya bersedia memberikan kupon obligasi 11,65%. Angka ini mendekati level tertinggi penawaran, yaitu 11,1% sampai 11,8%. Acuannya adalah imbal hasil (yield) surat utang negara (SUN) FR0026. Pada perdagangan kemarin, imbal hasil SUN FR0026 sebesar 9,265%. Obligasi terbitan Salim Invoas terdiri dari dua jenis, yakni obligasi konvensional Rp 425 miliar dan sukuk ijarah sebesar Rp 278 miliar. Imbal hasilnya sukuk ini sebesar Rp 32,38 miliar per tahun. Menurut Werianty Setiawan, Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indofood, Salim Ivomas memang tidak ingin menawarkan kupon di atas 11,65% hanya demi memenuhi permintaan yang lebih besar. "Karena tidak ada kewajiban untuk membiayai kembali (refinancing) pinjaman yang jatuh tempo saat ini," katanya kepada KONTAN, kemarin.
Memang, semula tujuan utama penerbitan obligasi SIP adalah untuk refinancing utang jangka pendek senilai Rp 1 triliun. Pasca pembiayaan kembali itu, SIP berharap komposisi utang jangka pendek terhadap jangka panjang berubah dari posisi saat ini 45% berbanding 55% menjadi 24% berbanding 76%. Mark Julian Wakeford, Presiden Direktur Indofood Agri Resources, induk usaha Salin Ivomas menjelaskan, sebesar Rp 452 miliar dari dana obligasi itu akan digunakan untuk refinancing utang bank dan Rp 278 miliar untuk modal kerja bisnis jasa pengangkutan dalam lima tahun ke depan. Artinya, SIP hanya berhasil melakukan refinancing utang sekitar 50% dari target semula. Namun, Werianty tak menganggapnya sebagai sebuah kegagalan. "SIP mendapat manfaat dengan menurunnya tingkat suku bunga pinjaman bank," tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Hendra Gunawan