JAKARTA. Surat berharga negara ritel saving bonds seri SBR001 sepi peminat. Hingga 21 Mei 2014, instrumen investasi ini baru terjual Rp 2,26 triliun atau di bawah target indikatif pemerintah sebesar Rp 2,5 triliun.Investor asal Jakarta mendominasi pemesanan saving bonds. "Adapun, total investor mencapai 9.122 orang per 21 Mei," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, Robert Pakpahan, Kamis (22/5).Dengan total pemesanan sebesar itu, maka rata-rata pemesanan saving bonds dari setiap investor masih cukup besar, yakni Rp 248,63 juta.Pemesan obligasi simpanan mayoritas investor asal Jakarta mencapai Rp 1,11 triliun dari 3.951 investor atau rata-rata Rp 280,9 juta per investor.Masa penawaran saving bonds berlangsung sejak 2 Mei-22 Mei 2014. Obligasi ritel ini ditawarkan dengan tingkat kupon minimal 8,75% dan tenor dua tahun. Tingkat kupon akan disesuaikan setiap tiga bulan berdasarkan pada tingkat bunga Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) plus 125 basis poin.Kurang MenarikSejumlah agen penjual mengaku telah menghabiskan jatah yang diberikan oleh pemerintah. Salah satunya, Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang menjual saving bonds Rp 100 miliar, telah habis sejak Senin lalu (19/5). Sekretaris Perusahaan BRI, Budi Satria mengatakan, pihaknya tidak mengajukan upsize atau penambahan target kepada pemerintah.Vice President Wealth Management dan Investment Bank Negara Indonesia (BNI), Teddy Atmadja juga bilang, BNI telah menjual seluruh jatah saving bonds sebanyak Rp 440 miliar. "Sudah disepakati dengan pemerintah tidak ada upsize," kata Teddy.Rata-rata nilai pemesanan SBR001 di BNI cukup besar. Menurut Teddy, rata-rata nilai pemesanan tiap orang mencapai Rp 500 juta.Sementara, Direktur Bisnis Bank Tabungan Negara (BTN), Irman Zahiruddin bilang, total penjualan saving bonds di BTN mencapai 110% dari target semula Rp 100 miliar. Wajar jika BTN mengajukan upsize, namun belum ada jawaban dari pemerintah.Analis obligasi BCA Sekuritas, Herdi Ranu Wibowo menilai, sepinya permintaan saving bonds lantaran instrumen ini masih baru. Dus, total penyerapan relatif kecil dibandingkan obligasi ritel milik pemerintah lain, seperti ORI ataupun sukuk ritel.Selain itu, SBR001 juga berbeda dengan ORI dan sukuk ritel. "Saving bonds tidak bisa dijual di pasar sekunder jadi kurang menarik," ujar Herdi.Chief Economist dan Director for Investor Relation Bahana TCW Investment Management, Budi Hikmat mengatakan pemerintah perlu menerbitkan instrumen lain yang lebih bervariasi agar lebih menarik investor. Misalnya, instrumen obligasi proteksi, yang mengatur agar kupon dapat diberikan di atas tingkat inflasi. "Sebagai contoh, kupon obligasi diberikan 2% di atas inflasi sehingga apabila inflasi turun, maka besaran kupon ikut turun. Demikian juga sebaliknya," tutur Budi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Target Saving Bonds belum tercapai
JAKARTA. Surat berharga negara ritel saving bonds seri SBR001 sepi peminat. Hingga 21 Mei 2014, instrumen investasi ini baru terjual Rp 2,26 triliun atau di bawah target indikatif pemerintah sebesar Rp 2,5 triliun.Investor asal Jakarta mendominasi pemesanan saving bonds. "Adapun, total investor mencapai 9.122 orang per 21 Mei," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, Robert Pakpahan, Kamis (22/5).Dengan total pemesanan sebesar itu, maka rata-rata pemesanan saving bonds dari setiap investor masih cukup besar, yakni Rp 248,63 juta.Pemesan obligasi simpanan mayoritas investor asal Jakarta mencapai Rp 1,11 triliun dari 3.951 investor atau rata-rata Rp 280,9 juta per investor.Masa penawaran saving bonds berlangsung sejak 2 Mei-22 Mei 2014. Obligasi ritel ini ditawarkan dengan tingkat kupon minimal 8,75% dan tenor dua tahun. Tingkat kupon akan disesuaikan setiap tiga bulan berdasarkan pada tingkat bunga Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) plus 125 basis poin.Kurang MenarikSejumlah agen penjual mengaku telah menghabiskan jatah yang diberikan oleh pemerintah. Salah satunya, Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang menjual saving bonds Rp 100 miliar, telah habis sejak Senin lalu (19/5). Sekretaris Perusahaan BRI, Budi Satria mengatakan, pihaknya tidak mengajukan upsize atau penambahan target kepada pemerintah.Vice President Wealth Management dan Investment Bank Negara Indonesia (BNI), Teddy Atmadja juga bilang, BNI telah menjual seluruh jatah saving bonds sebanyak Rp 440 miliar. "Sudah disepakati dengan pemerintah tidak ada upsize," kata Teddy.Rata-rata nilai pemesanan SBR001 di BNI cukup besar. Menurut Teddy, rata-rata nilai pemesanan tiap orang mencapai Rp 500 juta.Sementara, Direktur Bisnis Bank Tabungan Negara (BTN), Irman Zahiruddin bilang, total penjualan saving bonds di BTN mencapai 110% dari target semula Rp 100 miliar. Wajar jika BTN mengajukan upsize, namun belum ada jawaban dari pemerintah.Analis obligasi BCA Sekuritas, Herdi Ranu Wibowo menilai, sepinya permintaan saving bonds lantaran instrumen ini masih baru. Dus, total penyerapan relatif kecil dibandingkan obligasi ritel milik pemerintah lain, seperti ORI ataupun sukuk ritel.Selain itu, SBR001 juga berbeda dengan ORI dan sukuk ritel. "Saving bonds tidak bisa dijual di pasar sekunder jadi kurang menarik," ujar Herdi.Chief Economist dan Director for Investor Relation Bahana TCW Investment Management, Budi Hikmat mengatakan pemerintah perlu menerbitkan instrumen lain yang lebih bervariasi agar lebih menarik investor. Misalnya, instrumen obligasi proteksi, yang mengatur agar kupon dapat diberikan di atas tingkat inflasi. "Sebagai contoh, kupon obligasi diberikan 2% di atas inflasi sehingga apabila inflasi turun, maka besaran kupon ikut turun. Demikian juga sebaliknya," tutur Budi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News