KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten pertambangan logam menargetkan kenaikan tingkat produksi tahun ini, di tengah optmisme solidnya harga komoditas logam. Dua emiten tambang nikel terbesar di Indonesia misalnya, menargetkan kenaikan produksi nikel tahun ini. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menargetkan volume produksi dan penjualan feronikel di tahun 2023 masing-masing sebesar 27.201 ton nikel dalam feronikel (TNi). Jumlah ini tumbuh 12% dari capaian produksi
unaudited feronikel tahun 2022 sebesar 24.334 TNi dan capaian penjualan
unaudited tahun 2022 sebesar 24.210 TNi. Sekretaris Perusahaan Aneka Tambang Syarif Faisal Alkadrie mengatakan, ANTM optimistis pasar komoditas nikel akan tetap positif dan menjanjikan tahun ini. Optimisme ini didasari dengan perkembangan
outlook supply dan
demand logam nikel global, terutama
tone peningkatan kebutuhan nikel untuk industri baterai kendaraan listrik.
“Serta adanya dukungan inisiasi pemerintah dalam pengembangan rantai nilai ekosistem EV Battery nasional yang sejalan dengan rencana pengembangan jangka panjang Aneka Tambang,” kata Faisal.
Baca Juga: Akan Bayar Dividen, Cek Rekomendasi Saham Indo Tambangraya (ITMG) dan Adaro (ADRO) ANTM menargetkan produksi emas tahun 2023 yang berasal dari tambang emas Pongkor sebesar 1.167 kg, meningkat 28% dari target produksi emas tahun 2022 sebesar 911 kg. Sedangkan, untuk penjualan emas pada tahun 2023 ditargetkan mencapai 31.176 kg, meningkat 11% dari target penjualan emas tahun 2022 sebesar 28.011 kg. Kata Faisal, target penjualan emas tersebut seiring dengan
outlook pertumbuhan tingkat permintaan emas di dalam negeri. Pada tahun 2023, target produksi logam perak ANTM direncanakan sebesar 7.536 kg, meningkat 13% dari target produksi perak tahun 2022 sebesar 6.643 kg. Sedangkan target penjualan perak mencapai 9.810 kg, meningkat 14% dari target penjualan perak tahun 2022 sebesar 8.643 kg. Sementara itu, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) memasang target produksi nikel matte INCO tahun 2023 akan lebih tinggi dibanding 2022. Kenaikan ini mengingat tanur 4 yang sudah beroperasi kembali, setelah sebelumnya mengalami pembangunan ulang (
rebuild). “Target produksi 2023 tentu saja akan lebih tinggi dibanding 2022, dan kembali ke angka diatas 70.000 ton,” kata Direktur Keuangan INCO Bernardus Irmanto. Asal tahu, baik INCO maupun ANTM mengalami penurunan produksi nikel tahun lalu. INCO misalnya, memproduksi 60.090 metrik ton nikel dalam matte pada tahun 2022. Realisasi ini turun 8,1% dari produksi tahun 2021 yang mencapai 65.388 metrik ton. Produksi tahunan secara keseluruhan lebih rendah dari target yang dipasang manajemen sebelumnya. Hal ini terutama karena keterlambatan dalam penyelesaian pembangunan kembali Tanur 4 Sementara ANTM membukukan volume produksi feronikel
unaudited sebesar 24.334 ton nikel dalam feronikel (TNi) dengan tingkat penjualan
unaudited mencapai 24.210 TNi di 2022.
Baca Juga: Laba Melejit, Simak Proyeksi Pembagian Dividen Adaro Energy (ADRO) Versi Analis Sebagai perbandingan, tahun lalu ANTM mampu mencatatkan volume volume produksi sebanyak 25.818 TNi dengan penjualan feronikel (
unaudited) mencapai 25.992 TNi. Ini berarti, produksi feronikel Aneka Tambang terkoreksi 5,74% dengan volume penjualan feronikel ANTM menurun 6,85%.
Dari jasa pertambangan nikel, PT Hillcon Tbk (HILL) juga memacu produksi. Pada tahun lalu HILL memproduksi 9 juta wet metric ton, yang ditargetkan bertambah menjadi 15 juta wet metric ton pada tahun ini. Dus, HILL pun bakal menggenjot perolehan kontrak baru. Direktur HILL Jaya Angdika mengatakan, saat ini HILL sedang menjajaki kerja sama untuk mendapatkan kontrak baru dari tiga perusahaan. Jaya memproyeksikan tambahan volume kontrak jasa tambang nikel sekitar 6 juta ton, dengan estimasi 2 juta ton dari masing-masing calon pelanggan.
Editor: Tendi Mahadi