KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengembang kawasan industri, real estate, konstruksi serta perhotelan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) menargetkan pertumbuhan pendapatan 10% pada tahun ini. Per 2018, SSIA mencatatkan pendapatan sebesar Rp 3,68 triliun. Nilai ini naik 12,45% dari pendapatan 2017 yang sebesar Rp 3,27 triliun.
Head of Investor Relations PT Surya Semesta Internusa Tbk Erlin Budiman mengatakan, untuk mencapai target pendapatan tahun ini, SSIA masih mengandalkan kontribusi dari bisnis jasa konstruksi. Maklum saja, lini bisnis ini menyumbang 66,3% atau Rp 2,44 triliun atas total pendapatan SSIA tahun lalu.
Disusul oleh hotel 21,71% (Rp 799,66 miliar), sewa, parkir, dan jasa pemeliharaan utilitas 7,78% (Rp 286,6 miliar), serta tanah kawasan industri 4,17% (Rp 153,64 miliar). Untuk bisnis jasa konstruksi, SSIA menargetkan bisa meraih pendapatan Rp 2,7 triliun hingga akhir 2019. Anak usaha SSIA yang menjalankan bisnis ini, yakni PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) yakin akan memperoleh kontrak-kontrak baru dengan target nilai kontak mencapai Rp 3,5 triliun.
Investor Relations PT Nusa Raya Cipta Tbk Veronica mengatakan, kontrak-kontrak baru tersebut mayoritas untuk pembangunan gedung bertingkat. “Bangunan bertingkat masih mencakup 80% dari portofolio kami. Kami juga akan menggarap proyek konstruksi untuk sekolah, lima rumah sakit Mayapada di Jakarta dan Bandung, serta mal besar di Banjarmasin, Kalimantan Selatan,” kata dia di Jakarta, Rabu (26/6). Per Mei 2019, NRCA telah mendapatkan kontrak baru senilai Rp 1,5 triliun atau 40,5% dari target tahun ini. Proyek-proyek utama tersebut adalah Apartemen Carstensz Paramount Serpong dan JHL Galeri Gading Serpong. Sementara itu, dari bisnis kawasan industri, perusahaan ini menargetkan bisa menjual lahan sebanyak 15 hektare dari landbank di kawasan industri Suryacipta City of Industry, Karawang. Nilai jual rata-ratanya mencapai US$ 120 per meter persegi. Dengan target tersebut, SSIA mengharapkan bisa memperoleh pendapatan sebesar US$ 18 juta pada 2019 dari penjualan lahan ini. Per Mei 2019, SSIA telah menjual 8 hektare dengan harga rata-rata yang tersebut di atas. Transaksi ini berkontribusi tambahan pendapatan sekitar US$ 9,6 juta atau Rp 135 miliar. Kemudian, dari bisnis perhotelan, SSIA menargetkan tahun ini dapat menambah portofolio bisnisnya sebagai pengelola hotel. SSIA berencana mengelola satu hotel lagi di tahun ini. “Bisnis tersebut dapat meningkatkan pendapatan
recurring perusahaan serta lebih menguntungkan karena tak perlu mengeluarkan modal besar,” kata Edin. Saat ini, SSIA memiliki tiga hotel bintang lima yaitu, Gran Melia Jakarta, Hotel Melia Bali, dan Banyan Tree Ungasan Resort, Bali. Ketiga hotel tersebut dikelola oleh pihak lain. Sebaliknya, SSIA juga telah meluncurkan hotel bintang tiga bernama Hotel BATIQA sejak 2014. Sampai Maret 2019, hotel ini telah tersebar di tujuh lokasi, yaitu Karawang, Cirebon, Jababeka, Palembang, Pekanbaru, dan Lampung.
Sebanyak enam Hotel BATIQA dimiliki dan dikelola langsung oleh SSIA. Sementara pada sisanya, SSIA hanya menjadi operator hotel. SSIA melihat melihat peluang positif dari bisnis perhotelan ini. Alasannya, SSIA melihat keberadaan hotel yang layak di wilayah-wilayah tier dua masih minim di tengah langkah pemerintah yang gencar meningkatkan pariwisata di Indonesia. Sebagai informasi, tahun ini, SSIA menyiapkan belanja modal atau
capital expenditure sebesar Rp 770 miliar. Sebanyak Rp 600 miliar akan dialokasikan untuk bisnis konstruksi. Kemudian, sebanyak Rp 30 miliar untuk properti dan sisanya untuk bisnis perhotelan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi