KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten farmasi PT Phapros (
PEHA) optimistis meraih target pertumbuhan
double digit atau 20%-30% hingga akhir tahun 2019. Salah satu pencapaian yang sudah dibuktikan adalah pertumbuhan pendapatan PEHA di semester I 2019 tumbuh di atas 35% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Sebagai tambahan informasi, pada tahun ini
PEHA menargetkan penjualan bersih mencapai Rp 1,49 triliun dibandingkan penjualan di 2018 sebesar Rp 1,02 triliun. Adapun laba bersih yang diproyeksikan sebesar Rp 156,18 miliar sepanjang 2019 dari sebelumnya Rp 133,29 miliar pada 2018. Sekretaris Perusahaan PT Phapros Tbk Zahmila Akbar menyatakan anjloknya laba
PEHA di kuartal I-2019 sebesar 58%
year on year menjadi Rp 5,08 miliar disebabkan tren di industri farmasi biasanya baru tumbuh di kuartal III dan IV.
“Namun di semester I-2019
PEHA berhasil meraih pertumbuhan pendapatan di atas 35% dengan perolehan EBITDA di atas 25% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (22/7). Untuk mencapai target pertumbuhan
double digit sampai akhir tahun, PEHA sudah menyiapkan sejumlah jurus jitu. Mulai dari mendorong pertumbuhan organik hingga anorganik. Tentunya sebelum bisa geliat ekspansi, PEHA memerlukan dana tambahan. Alhasil pada semester II-2019 PEHA berencana menerbitkan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebanyak-banyaknya 862 juta saham dengan hasil perolehan dana Rp 1,1 triliun. Sebagian sahamnya akan diserap oleh PT Kimia Farma tbk (KAEF). Nantinya dana segar ini digunakan untuk pertumbuhan organik dan non-organik serta
refinancing. Mila menyatakan PEHA berencana akan mengakuisisi fasilitas kesehatan yakni rumahsakit Permata Cirebon di Jawa Barat yang sahamnya sudah dimiliki PEHA sebanyak 20%. Rumahsakit ini masuk sebagai salah satu target investasi PEHA sebagai sarana pelayanan kesehatan. Selain akuisisi rumahsakit, PEHA belum ada rencana mengakuisisi apotek karena pemegang saham utama yakni KAEF sudah memiliki jaringan apotek yang sangat kuat. Mila bilang PEHA lebih memilih investasi manufaktur obat dan alat kesehatan. Secara organik, pertumbuhan kinerja PEHA didominasi penjualan obat generik berlogo (OGB) dan disusul penjualan obat bebas atau OTC. Selain itu PEHA juga punya beberapa rencana investasi rutin di manufaktur dan anak perusahaan yakni PT Lucas Djaja Group untuk meningkatkan kapasitas produksi dan efisiensi. Selain itu untuk menggenjot pertumbuhan organik, PEHA terus berupaya membangun kemitraan yang strategis dengan berbagai pihak baik dalam negeri maupun luar negeri. Mila menambahkan PEHA sudah memasarkan produknya ke Kamboja dan Filipina. Tahun ini PEHA sudah menjajaki negara lain yaitu Nigeria untuk memperkenalkan produk Antimo yang izin edar produknya bakal keluar dalam waktu dekat.
Selain itu PEHA juga sudah melirik Myanmar untuk membuat perusahaan patungan atau
joint venture dengan perusahaan lokal untuk memasarkan produk PEHA. Mila juga menyatakan saat ini PEHA sedang menjajaki negara-negara Asia Tenggara dan Afrika untuk melebarkan sayap distribusi obat-obatannya. Jurus jitu lainnya yang disiapkan PEHA adalah terus berinovasi dengan mengembangkan sediaan farmasi dalam bentuk
carpoule untuk anestesi gigi dan masuk ke sektor kecantikan dengan merilis produk anti-aging. PEHA bekerjasama dengan Universitas Airlangga untuk membuat produk pencegahan penuaan dini (anti-aging) yang diklaim sebagai yang pertama dibuat di Indonesia. Selain itu PEHA juga akan merilis 12 produk baru pada tahun ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi