Tari unik suku Saksak di Lombok



KONTAN.CO.ID - PESONA Pulau Lombok yang terletak di Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah tidak diragukan lagi. Wisata pantai di kawasan ini menjadi daya tarik wisatawan lokal dan asing. Sebut saja Pantai Kuta dan Pantai Tanjung Aan yang terletak di Mandalika Lombok Tengah, NTB.

Ternyata tak hanya keindahan pantai, Lombok juga kaya akan tradisi yang masih terawat hingga saat ini. Wisatawan bisa mengunjungi Dusun Sasak Ende Lombok di Desa Sengkol, Kecamatan  Pujut, Lombok Tengah. Ini merupakan sebuah kampung yang dihuni oleh 37 kepala keluarga Suku Sasak sebagai suku asli Lombok.

Masyarakat Suku Sasak masih menjunjung tinggi nilai dan adat istiadat di tengah gempuran teknologi. Mereka menempati rumah adat yang masih tradisional dengan seluruh material bangunan rumah terbuat dari bahan baku alam. Jangan harap Anda akan menemukan peralatan elektronik di rumah mereka.


Atap rumah tinggal Suku Sasak menggunakan anyaman alang-alang dan bambu yang dirajut. Sementara lantai rumah yang terletak di Desa Wisata Ende menggunakan tanah liat.

Penggunaan tanah liat tersebut terkait filosofi kepercayaan mayoritas masyarakat di sana yang memeluk agama Islam bahwa manusia terbuat dari tanah.

Lantai tanah liat telah dilumuri semen merek empat kaki alias dari kotoran sapi atau kerbau. Husein, pemandu wisata lokal mengatakan, penggunaan kotoran ternak ini berfungsi merekatkan tanah liat agar tidak mudah retak.

Selain itu, kotoran ternak tersebut dipercaya sebagai simbol kerja keras petani. Karena sebagian besar masyarakat Sasak Ende hidup sebagai petani dan peternak.

Pertunjukkan Tari Peresean

Mereka juga mempunyai tradisi bahwa pasangan suami istri diharuskan tidur terpisah. Sang istri tidur di dalam, sementara laki-laki di luar rumah. Namun untuk pasangan yang baru menikah diperbolehkan tidur bersama di dalam rumah. Setelah mereka mempunyai anak, maka mereka harus tidur terpisah.

"Sang suami bisa masuk ke rumah ketika ada keperluan khusus, dan itu harus izin terlebih dahulu kepada istri,"terang Husein.

Untuk memulai kehidupan rumah tangga di sana bukanlah sesuatu yang mudah. Masyarkat di desa Ende sudah menetapkan aturan bahwa setiap wanita yang ingin menikah wajib mempunyai keahlian menenun. Maka dari situ, biasanya anak-anak berusia sembilan tahun sudah diajarkan untuk menenun.

Sementara bagi kaum pria suku Saksak yang sudah dewasa, harus bisa melakukan tari Peresean. Ini tarian untuk menunjukkan kejantanan seorang laki-laki sekaligus meminta hujan turun.

Dalam tarian ini, ada dua petarung yang saling baku pukul untuk membuktikan siapa yang paling jantan di antara mereka.

Kedua petarung dipersenjatai dengan tombak pemukul dari rotan. Pertunjukkan tarian Peresean ini diiringi musik gamelan khas Lombok. Selain menikmati keindahan pantai, mengamati dari dekat kehidupan suku asli Lombok ternyata tidak salah seru!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli