JAKARTA. Tarif bea keluar (BK) minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) semakin tinggi seiring dengan kenaikan harga rata-rata CPO di pasar dunia. Jika pada April lalu tarifnya sebesar 18,5%, untuk ekspor bulan Mei ini, tarif tersebut naik 1% menjadi 19,5%, angka yang dipandang terlalu tinggi oleh pengusaha dan petani sawit. Fadhil Hasan, Direktur Eksekutif Gabungan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengatakan, penerapan BK yang terlalu tinggi membuat petani dan pengusaha tidak memperoleh keuntungan yang sebanding dengan kenaikan harganya. "Besarnya tarif sekarang sudah terlalu tinggi bagi kalangan pengusaha," katanya, Senin (30/4). Fadhil mengatakan, pihaknya sudah lama mengusulkan kepada pemerintah menetapkan tarif BK yang rendah atau memberlakukan tarif BK tetap. Dia memperkirakan, tarif tersebut akan semakin tinggi karena dalam beberapa hari ke depan harga CPO internasional akan kembali menguat.
Tarif Bea Keluar CPO bikin kantong petani bocor
JAKARTA. Tarif bea keluar (BK) minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) semakin tinggi seiring dengan kenaikan harga rata-rata CPO di pasar dunia. Jika pada April lalu tarifnya sebesar 18,5%, untuk ekspor bulan Mei ini, tarif tersebut naik 1% menjadi 19,5%, angka yang dipandang terlalu tinggi oleh pengusaha dan petani sawit. Fadhil Hasan, Direktur Eksekutif Gabungan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengatakan, penerapan BK yang terlalu tinggi membuat petani dan pengusaha tidak memperoleh keuntungan yang sebanding dengan kenaikan harganya. "Besarnya tarif sekarang sudah terlalu tinggi bagi kalangan pengusaha," katanya, Senin (30/4). Fadhil mengatakan, pihaknya sudah lama mengusulkan kepada pemerintah menetapkan tarif BK yang rendah atau memberlakukan tarif BK tetap. Dia memperkirakan, tarif tersebut akan semakin tinggi karena dalam beberapa hari ke depan harga CPO internasional akan kembali menguat.