KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana meningkatkan penerimaan negara dari kepabeanan dan cukai pada tahun depan. Alhasil, pemerintah memastikan bahwa tarif cukai rokok untuk tahun 2021 akan kembali naik. Meskipun begitu, pemerintah belum mengumumkan persentase besaran kenaikan cukai tersebut. Merespons hal ini, perusahaan rokok PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) menyatakan, pihaknya memahami bahwa pemerintah membutuhkan pendapatan pajak terutama di tengah situasi pandemi Covid-19. Akan tetapi, terkait kenaikan tarif cukai untuk tiap kategorinya, Sampoerna berharap pemerintah dapat mengambil kebijakan yang menciptakan kesetaraan dalam menjalankan bisnis. Di samping itu, Sampoerna juga berharap, kebijakan yang nantinya diputuskan pemerintah dapat melindungi sektor industri rokok yang menyerap banyak tenaga kerja, yakni segmen sigaret kretek tangan (SKT). Sebagai gambaran, Presiden Direktur Sampoerna Mindaugas Trumpaitis menuturkan, untuk memproduksi satu miliar batang rokok SKT, HMSP membutuhkan 2.700 karyawan. Ini berbanding jauh dengan produk sigaret kretek mesin (SKM) yang hanya memerlukan 21 karyawan untuk memproduksi jumlah rokok yang sama.
Tarif cukai bakal naik di 2021, ini kata HM Sampoerna (HMSP)
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana meningkatkan penerimaan negara dari kepabeanan dan cukai pada tahun depan. Alhasil, pemerintah memastikan bahwa tarif cukai rokok untuk tahun 2021 akan kembali naik. Meskipun begitu, pemerintah belum mengumumkan persentase besaran kenaikan cukai tersebut. Merespons hal ini, perusahaan rokok PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) menyatakan, pihaknya memahami bahwa pemerintah membutuhkan pendapatan pajak terutama di tengah situasi pandemi Covid-19. Akan tetapi, terkait kenaikan tarif cukai untuk tiap kategorinya, Sampoerna berharap pemerintah dapat mengambil kebijakan yang menciptakan kesetaraan dalam menjalankan bisnis. Di samping itu, Sampoerna juga berharap, kebijakan yang nantinya diputuskan pemerintah dapat melindungi sektor industri rokok yang menyerap banyak tenaga kerja, yakni segmen sigaret kretek tangan (SKT). Sebagai gambaran, Presiden Direktur Sampoerna Mindaugas Trumpaitis menuturkan, untuk memproduksi satu miliar batang rokok SKT, HMSP membutuhkan 2.700 karyawan. Ini berbanding jauh dengan produk sigaret kretek mesin (SKM) yang hanya memerlukan 21 karyawan untuk memproduksi jumlah rokok yang sama.