Tarif impor India bikin harga CPO ambruk



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) kembali masuk tren pelemahan. Rencana India meningkatkan pajak impor semakin membebani pergerakan harga.

Kemarin, pukul 20.55 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Juni 2018 di Malaysia Derivative Exchange turun menjadi RM 2.369 per metrik ton. Posisi tersebut jadi yang terendah sejak 25 Juli 2016.

Sentimen dari permintaan CPO jelang bulan puasa dan Lebaran belum mampu mengerek harga. Deddy Yusuf Siregar, analis PT Asia Tradepoint Futures mengatakan, fokus pasar sedang tertuju ke India.


Setelah menaikkan pajak impor CPO dari 7,5% menjadi 15%, India berencana untuk mengerek pajak impor menjadi 44%. Kenaikan yang cukup signifikan dan menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi para investor.

Untungnya, ekspor CPO Indonesia dan Malaysia ke India masih tetap tinggi. Laporan Societe Generale de Surveillance’s (SGS) menunjukkan, ekspor CPO Malaysia telah meningkat dua kali lipat menjelang musim panas dari tahun sebelumnya. Kemudian Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) merilis, pada periode yang sama ekspor CPO ke India tercatat 7,63 juta ton atau naik 32,01% dari tahun sebelumnya 5,78 juta ton.

Tapi tren bearish bagi CPO juga datang oleh kenaikan produksi. Selama bulan Maret, produksi CPO Negeri Jiran tercatat naik 17,2%jadi 1,57 juta ton. Deddy mengungkapkan, tekanan makin diperparah dengan larangan jaringan supermarket besar Iceland Co untuk menggunakan kandungan minyak sawit terhadap produk yang dijualnya.

Selama kondisi tersebut berlangsung, jelas akan menjadi sentimen negatif. Apalagi pasar Eropa adalah pasar potensial dengan jumlah kebutuhan mencapai 6 juta–7 juta ton per tahun. “Ini bisa membuat harga CPO tidak secemerlang tahun 2017,” kata Deddy, Senin (16/4).

Namun, dengan harga CPO yang sudah terlalu dalam, Deddy melihat potensi untuk rebound terbatas. Ia pun memproyeksikan, hari ini CPO berpeluang menguat pada kisaran RM 2.830–RM 2.420 per metrik ton. Namun untuk sepekan berikutnya, harga CPO tetap melemah dalam rentang RM 2.440–RM 2.350 per metrik ton.

Memang secara teknikal, harga bergerak di bawah garis moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200. Kemudian indikator moving average convergence divergence (MACD) berada di area negatif. Indikator stochastic di level 41 dan indikator relative strength index (RSI) di level 41. Ini mencerminkan adanya koreksi lanjutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati