KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengaku siap mewujudkan permintaan menurunkan tarif listrik sektor industri dengan sejumlah pertimbangan. Pelaksana Tugas Direktur Utama PLN Sripeni Inten mengungkapkan, keinginan tersebut pertama kali diutarakan oleh Menteri Energi dan Sunber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif. Baca Juga: PLN akan mengikuti kebijakan dari pemerintah soal tarif listrik "Itu kemarin jadi targetnya pak Menteri ESDM bahwa PLN ini tarif industrinya harus paling rendah di Asia Tenggara. Kita sekarang berfikir keras bagaimana cara menurunkannya," tutur Sripeni di Kantor Pusat PLN, Rabu (27/11). Demi merealisasikan target tersebut, Inten mengungkapkan, PLN berharap harga energi primer dapat lebih kompetitif. Ia mencontohkan, harga gas hulu di luar negeri harganya sekitar US$ 3 hingga US$ 4 cent. Sementara di Indonesia harganya sekitar US$ 6 cent. Penurunan harga energi primer menurut Inten akan berdampak signifikan pada tarif. Hal ini dikarenakan, energi primer menyunbang 60% dari Biaya Pokok Penyediaan (BPP). Kendati demikian, Inten mengakui pihaknya tidak menyerahkan semua beban kepada pemerintah dalam hal ini Kementerian ESDM.
Tarif listrik industri diminta rendah, PLN : Harga energi primer harus kompetitif
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengaku siap mewujudkan permintaan menurunkan tarif listrik sektor industri dengan sejumlah pertimbangan. Pelaksana Tugas Direktur Utama PLN Sripeni Inten mengungkapkan, keinginan tersebut pertama kali diutarakan oleh Menteri Energi dan Sunber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif. Baca Juga: PLN akan mengikuti kebijakan dari pemerintah soal tarif listrik "Itu kemarin jadi targetnya pak Menteri ESDM bahwa PLN ini tarif industrinya harus paling rendah di Asia Tenggara. Kita sekarang berfikir keras bagaimana cara menurunkannya," tutur Sripeni di Kantor Pusat PLN, Rabu (27/11). Demi merealisasikan target tersebut, Inten mengungkapkan, PLN berharap harga energi primer dapat lebih kompetitif. Ia mencontohkan, harga gas hulu di luar negeri harganya sekitar US$ 3 hingga US$ 4 cent. Sementara di Indonesia harganya sekitar US$ 6 cent. Penurunan harga energi primer menurut Inten akan berdampak signifikan pada tarif. Hal ini dikarenakan, energi primer menyunbang 60% dari Biaya Pokok Penyediaan (BPP). Kendati demikian, Inten mengakui pihaknya tidak menyerahkan semua beban kepada pemerintah dalam hal ini Kementerian ESDM.