Tarif listrik turun, tekanan inflasi berkurang



JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menurunkan sejumlah golongan tarif pelanggan mulai September ini lantaran harga Indonesian Crude Oil (ICP) yang turun. Penurunan tarif ini bakal bisa mengurangi tekanan inflasi pada September 2015.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual berpendapat ada tiga tekanan inflasi pada September yang perlu dikhawatirkan. Pertama, hari raya idul adha. Kedua, rupiah. Ketiga, kekeringan atau El Nino.

Dengan turunnya tarif listrik setidaknya bisa membantu mengurangi tekanan pada inflasi. "Kalau dikurangi bisa lebih membantu walaupun tidak signifikan," ujarnya, Selasa (1/9).


Penurunan tarif listrik yang dilakukan pemerintah pada September adalah kalangan menengah atas dan bukan semua segmen.

Pengaruhnya terhadap penurunan inflasi tidak besar. Kalau mau lebih besar lagi pengaruhnya terhadap inflasi adalah penurunan harga bahan bakar minyak (BBM).

Namun, karena rupiah yang melemah signifikan harga BBM memang sulit untuk turun.

Asal tahu saja, tarif listrik golongan tegangan rendah (TR) dengan daya 3.500 Volt Ampere (VA) hingga 200 kilo yang terdiri dari golongan tarif R-2 dengan daya 3.500 VA sampai 5.500 VA, golongan R-3 dengan daya 6.600 VA ke atas, dan golongan B-2 dengan daya 6.600 VA hingga 200 kilo volt ampere (kVA) mengalami penyesuaian Rp23,17 per kilo watt hour (kWh).

Penurunannya dari Rp 1.546,60 per kWhmenjadi Rp1.523,43 per kWh. Sementara itu, glongan tegangan menengah (TM) B-3 dengan daya di atas 200 kVA dan Golongan I-3 dengan daya di atas 200 kVA, tarif listriknya turun dari Rp 1.218,26 per kWh menjadi Rp 1.200,01 Rp per kWh.

Golongan I-4/Tegangan Tinggi (TT) dengan daya 30.000 kVA ke atas pun turun tarifnya dari Rp 1.086,12 per kWh menjadi Rp 1.069,85 per kWh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto