Tarif progresif menggerus pendapatan KAI



JAKARTA. Kenaikan jumlah penumpang Kereta Listrik (KRL) Commuter Line Jabodetabek sekitar 15%-20% pasca pemberlakuan sistem tiket elektronik dan tarif progresif ternyata tidak membuat PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) bisa hijau.

Buktinya, Direktur Utama PT KAI, Ignasius Jonan mengklaim, pendapatan operasional dari Commuter Jabodetabek justru turun 10%-20% setiap hari dari pendapatan sebelumnya, terutama sejak tarif progresif berlaku.

"Kami melihat secara jangka panjang mungkin pendapatan akan naik, tapi dalam jangka pendek ini pendapatan kami menurun," ujar Jonan, Minggu (7/7). Kendati begitu, Jonan mengatakan, PT KAI tidak merevisi target pendapatan dan tetap jalan terus.


Seperti diketahui, mulai 1 Juli lalu PT KAI menerapkan tarif progresif untuk KRL Commuter yang nilainya tak jauh dengan KRL Ekonomi. Tarif progresif itu yakni Rp 2.000 untuk 5 stasiun pertama dan Rp 500 untuk 3 stasiun berikutnya. Tarif tersebut telah disesuaikan dengan subsidi pemerintah lewat dana Public Service Obligation (PSO).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri