KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Center of Reform on Economic atau CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan kesepakatan Amerika Serikat (AS) - China untuk menurunkan tarif impor (resiprokal) selama 90 hari ke depan, perlu dicermati oleh pemerintah Indonesia. Yusuf menjelaskan, di satu sisi kesepakatan ini bisa membuka kembali kanal perdagangan AS-China yang berpotensi mendorong arus barang dan investasi secara global serta membuka peluang bagi Indonesia buat masuk ke rantai pasok. "Namun di sisi lain, pemangkasan tarif bilateral antara dua negara besar ini dapat mempersempit ruang gerak produk Indonesia, terutama di sektor yang bersaing langsung seperti tekstil, elektronik, dan produk agrikultur. Tanpa perlakuan tarif preferensial yang setara, produk kita berisiko kalah saing dari sisi harga maupun kecepatan distribusi," ujarnya kepada Kontan, Selasa (13/5).
Tarif Resiprokal AS-China Turun Sementara, Indonesia Jangan Hanya Jadi Pelengkap
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Center of Reform on Economic atau CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan kesepakatan Amerika Serikat (AS) - China untuk menurunkan tarif impor (resiprokal) selama 90 hari ke depan, perlu dicermati oleh pemerintah Indonesia. Yusuf menjelaskan, di satu sisi kesepakatan ini bisa membuka kembali kanal perdagangan AS-China yang berpotensi mendorong arus barang dan investasi secara global serta membuka peluang bagi Indonesia buat masuk ke rantai pasok. "Namun di sisi lain, pemangkasan tarif bilateral antara dua negara besar ini dapat mempersempit ruang gerak produk Indonesia, terutama di sektor yang bersaing langsung seperti tekstil, elektronik, dan produk agrikultur. Tanpa perlakuan tarif preferensial yang setara, produk kita berisiko kalah saing dari sisi harga maupun kecepatan distribusi," ujarnya kepada Kontan, Selasa (13/5).