KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah di pasar spot perkasa perdagangan hari ini. Senin (6/11), rupiah spot ditutup di level Rp 15.539 per dolar Amerika Serikat (AS). Ini membuat rupiah spot menguat 1,22% dibanding penutupan Jumat (3/11) di Rp 15.728 per dolar AS. Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, penguatan rupiah didorong faktor eksternal dan internal. Dari eksternal karena data tenaga kerja AS yang lebih rendah dan ekspektasi berakhirnya kenaikan Fed Rate. "Terlihat penurunan dolar indeks dalam dua bulan terakhir ke 105," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (6/11).
Dari internal didorong dari aliran dana asing yang cukup kuat di pasar Surat Berharga Negara (SBN). Fikri mencermati, ada
net foreign buy di SBN sekitar Rp 9,2 triliun pada pekan lalu.
Baca Juga: Berotot, Rupiah Spot Ditutup Menguat 1,2% ke Rp 15.539 Per Dolar AS Hari Ini (6/11) Selain itu juga dari data pertumbuhan ekonomi yang rilis hari ini. Menurut Fikri, meski secara tahunan turun, tetapi secara kuartalan naik 1,6% yang menjadi hal positif di tengah kondisi ekonomi global. Fikri memproyeksikan penguatan rupiah masih akan berlanjut. Tekanan ekonomi yang terjadi pada kuartal III-2023 diakibatkan
trade surplus yang turun. Hanya saja, ekspor ke negara mitra dagang utama yang turun disebabkan ekonomi mitra dagang yang juga bergejolak. Harapannya, dengan perbaikan ekonomi dalam negeri dan mitra dagang maka ekspor bisa kembali pulih di kuartal IV dan dapat mendorong data
trade surplus. "Jika trade surplus membaik, harusnya
current account surplus terjadi di kuartal IV dan ini fundamental yang kuat rupiah kembali terapresiasi," terang Fikri. Dengan begitu, KB Valbury memproyeksikan rupiah akan bergerak di rentang Rp 15.200 - Rp 15.600 per olar AS pada akhir tahun 2023. Sementara untuk besok, rupiah diproyeksikan akan menguat terbatas di Rp 15.420 - Rp 15.620 per dolas AS. "Untuk besok, sentimen dari global relatif kecil usai rilis data pada Jumat lalu," kata dia. Pandangan berbeda diberikan Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo. Dia bilang, penguatan rupiah bukan dari fundamental. Menurutnya, pelemahan dolar AS saat ini merupakan koreksi pembalikan arah lantaran dari beberapa minggu lalu dolar AS yang menguat satu arah.
Baca Juga: Tren Berlanjut, Rupiah Jisdor Menguat ke Rp 15.550 Per Dolar AS pada Senin (6/11) "Bukan karena rupiah yang menguat, tetapi memang dolar AS yang melemah terhadap semua mata uang dan semua mata uang versus dolar AS yang sedang
rebound," jelasnya.
Namun, ia sepakat bahwa pelemahan dolar hari ini juga seiring ekspektasi berakhirnya kenaikan Fed rate dan lemahnya data tenaga kerja dari AS. Perekonomian AS menambah 150.000 lapangan kerja di bulan Oktober, yaitu sekitar setengah dari 297.000 lapangan kerja yang direvisi turun pada bulan September dan di bawah perkiraan pasar sebesar 180.000. Tingkat pengangguran juga mencapai angka tertinggi dalam 21 bulan terakhir, dan pertumbuhan upah melambat lebih dari yang diperkirakan. Selain itu penurunan imbal hasil US Treasury turut membebani dolar, dengan imbal hasil acuan US Treasury tenor 10 tahun mencapai posisi terendah dalam satu bulan di 4,48% pada Jumat (3/11). Oleh sebab itu, Sutopo memperkirakan rupiah masih akan melanjutkan penguatannya secara terbatas untuk Selasa (7/11) dengan rentang Rp 15.480 - Rp 15.580 per dolar AS. Namun hingga akhir tahun, rupiah masih tertekan dengan rentang Rp 15.700 - Rp 15.800 per dolar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari