Tasbih & manik-manik andalan warga Tutul (1)



JEMBER. Nama Desa Tutul di Kecamatan Balung, Kabupaten Jember, Jawa Timur, tersohor sebagai pusat produksi kerajinan manik-manik dan tasbih berbahan kayu. Tak hanya dua produk andalan itu, di sana, ada ribuan warga yang mahir membuat aneka aksesori dari kayu, seperti gelang dan kalung. Data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan, dari total 9.989 warga Desa Tutul, ada sekitar 1.057 orang yang berprofesi sebagai perajin. Saking produktifnya, kementerian tersebut mencanangkan desa ini sebagai salah satu desa produktif di tanah air.Desa ini berjarak sekitar 24 kilometer (km) dari Kota Jember. Letaknya yang relatif jauh dari kawasan ekonomi perkotaan, mendorong warganya berupaya keras membangun industri dengan keahlian yang dimiliki. Tak heran, kemampuan membuat kerajinan dari kayu ibarat sudah mendarah daging bagi warga Desa Tutul.Lantaran bersifat industri rumahan, kegiatan produksi  dilakukan warga di rumah masing-masing. Salah satu perajin, Ida Giawati merintis usaha kerajinan kayu sejak 2001. Dibantu suaminya, ia mendirikan Imda Handicraft yang memproduksi aneka aksesori dari  kayu, mulai dari tasbih, kalung, cincin, keris, pipa rokok, hingga peralatan dapur.Kata Ida, mayoritas warga Desa Tutul memang berprofesi sebagai perajin kayu. Makanya, ketika awal membuka usaha dan belum punya banyak perajin, ia sering melimpahkan order kepada warga sekitar.Ida berceritera, ketika  membuka usaha ini, ia hanya dibantu tiga pekerja tetap. Namun sekarang, Ida sudah mempekerjakan sebanyak 20 perajin di rumahnya yang sekaligus menjadi workshop.Hasil karya Imda Handicraft tak hanya dipasarkan di seputar Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat, namun juga sudah diekspor  ke berbagai negara, seperti Pakistan, Malaysia, Singapura, Cina dan Korea.Perajin lain di Desa Tutul, Yono memulai bisnis kerajinan kayu sejak 2008. “Saya ikut terjun ke usaha kerajinan ini, karena melihat banyak warga di sini yang sukses dari bisnis ini," tuturnya.Seperti halnya perajin lain, Yono memproduksi aneka aksesori berbahan kayu, seperti tasbih dan manik-manik. Bedanya, ia tidak merekrut perajin untuk bekerja di rumahnya. Melainkan, memberdayakan para tetangga untuk membantu produksi. “Mereka ambil bahan-bahan dari saya, lalu dikerjakan di rumah masing-masing. Total ada 40 orang yang sekarang membantu saya," jelas Yono. Setiap kayu yang diterima perajin sudah digergaji dan dipotong-potong dalam ukuran tertentu. Yono tidak memproduksi massal, melainkan membuat sesuai pesanan pelanggan di Jakarta dan Bandung.Adapun, Iis (35) mulai menggeluti usaha kerajinan kayu sejak tiga tahun silam. Warga pindahan dari Banyuwangi ini mengaku, tertarik jadi perajin, karena melihat kesibukan para tetangganya.Produksi akesori dari bahan kayu ini memang mampu menggerakkan ekonomi warga Desa Tutul. Tengok saja, Ida yang mampu mencetak omzet Rp 150 juta sebulan. Sementara, Yono bisa mendulang omzet sejumlah Rp 120 juta. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini