Taspen lancarkan strategi pertumbuhan anorganik



JAKARTA. PT Taspen (Persero) bakal melancarkan strategi pertumbuhan anorganik di sepanjang tahun ini. Perusahaan asuransi sosial pelat merah ini berencana mengoperasikan Taspen Life, anak usahanya yang fokus pada lini usaha pengelolaan dana pensiunan non-Pegawai Negeri Sipil (PNS). Lalu, joint venture dengan Bank Sinar Harapan Bali dan penyertaan sahamnya di Bank Kesejahteraan Ekonomi.

span >Iqbal Latanro, Direktur Utama Taspen mengatakan, pertumbuhan anorganik ditempuh sebagai strategi menggemukkan dana investasi perseroan tahun ini. Soalnya, berdasarkan laporan keuangan perseroan, dana investasi di akhir tahun lalu cuma naik tipis, yakni 3,85% menjadi Rp 102,08 triliun (un-audited) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang berkisar Rp 98,30 triliun.

Nah, untuk merealisasikan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2014 yang mana dana investasinya ditargetkan mencapai Rp 122,87 triliun, kami menetapkan strategi pengembangan dana investasi secara anorganik,” ujarnya ditemui KONTAN, kemarin.


span >Memang, saat ini, pembentukan anak usaha Taspen Life sendiri belum kelar. Namun, surat perizinannya diklaim sudah mampir ke meja Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Jika tidak ada aral melintang, sesuai janji regulator, perizinan bakal terbit sebelum tutup semester pertama tahun ini.

span >Terkait joint venture dengan Bank Sinar Harapan Bali, Taspen menyiapkan dana sebesar Rp 175 miliar untuk pembelian saham baru. Perseroan mengincar mengantongi porsi 20,2% kepemilikan saham Bank Sinar Harapan Bali. “Ini sudah masuk RKAP kami. Diharapkan, bisa segera direalisasikan,” tutur Iqbal.

span >Sementara itu, Taspen juga berniat menambah penyertaan sahamnya di Bank Kesejahteraan Ekonomi. Sayang, manajemen belum mau membeberkan akan menambah berapa banyak porsi sahamnya di bank tersebut. Namun, Benedicta Maria Tri Lestari, Direktur Keuangan Taspen bilang, sebanyak 11,3% dari dana investasi perseroan diendapkan di saham.

Penempatan dana investasi perseroan masih didominasi oleh obligasi sebesar 57,55%, diikuti oleh deposito 24%, serta saham 11,3%. Sedangkan sisanya, investasi langsung, seperti properti,” imbuh Benedicta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan