Tawaran MTN anyar



JAKARTA. Pasar surat utang jangka menengah atau medium term notes (MTN) kembali diramaikan oleh instrumen baru. Kali ini, PT Canggu International menerbitan MTN senilai US$ 32 juta dengan jangka waktu 10 tahun. MTN ini merupakan instrumen pertama yang diterbitkan berbasis dollar Amerika Serikat (AS) di tahun 2012.

Menilik keterbukaan informasi di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), instrumen tersebut memberikan kupon tetap atau fixed rate dengan ketentuan khusus. Kupon tahun pertama memberikan 1,5%, tahun kedua 2%, tahun ketiga 3% dan tahun keempat dan kelima memberikan kupon 4%. Kupon di tahun keenam dan ketujuh 5% dan tahun kedelapan sampai sepuluh akan memberikan kupon 7%.

Instrumen tersebut akan didistribusikan secara elektronik pada 14 Maret 2012. Adapun untuk pembayaran bunga pertama dilakukan pada 14 Maret 2013.


Selain, Canggu International, sepanjang 2012 ada empat perusahaan lain yang menerbitkan MTN. Namun MTN tersebut berdenominasi rupiah dengan nilai total Rp 406,7 miliar. Di antaranya, MTN milik BFI Finance I seri A senilai Rp 25 miliar dan seri B senilai Rp 200 juta. MTN Mandiri Finance senilai Rp 200 miliar, MTN I Finansia Multi Finance tahap I senilai Rp 51,5 miliar, MTN Finance Multi Finance tahap II senilai Rp 120 miliar, serta MTN Metra tahap II senilai Rp 10 miliar.

Pengaruh inflasi

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bisa mempercepat laju inflasi, yang ujung-ujungnya akan mempengaruhi tren bunga. Tentu, penerbitan MTN untuk beberapa waktu mendatang, juga ikut terpengaruh.

Para analis menduga MTN baru tentu harus memberikan kupon yang lebih tinggi ketimbang saat ini. "Investor akan meminta kupon yang lebih tinggi karena dengan ekspektasi inflasi naik, bunga acuan (BI rate) ikut naik, hingga yield SUN (Surat Utang Negara) yang menjadi benchmark, juga naik," ujar Analis Obligasi NC Securities I Made Adi Saputra, Selasa (28/2).

Memang, inflasi tidak membawa dampak yang berarti bagi harga MTN. Alasan Adi, perdagangan MTN kurang likuid dan mekanisme penerbitan MTN adalah private placement. Jadi, investor cenderung menggenggam MTN hingga jatuh tempo.

Hanya saja, menurut Made, pelaku pasar cenderung menahan menerbitkan MTN dan menunggu kejelasan kenaikan BBM. Sehingga mereka bisa mengukur dampaknya terhadap angka inflasi. "Emiten bisa mempertimbangkan kupon yang akan ditawarkan," tutur dia.

Made bilang, investor justru akan diuntungkan apabila penerbit MTN menawarkan kupon bunga yang tetap. "Tren inflasi meningkat, sebenarnya floating rate lebih disukai. Namun biasanya investor sudah mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta kupon tinggi saat penerbitan MTN," ujar dia.

Analis obligasi PT Mega Capital Indonesia menduga emiten masih akan menerbitkan MTN karena membutuhkan dana cepat. Jadi, kalaupun ada yang menunda tidak terlalu banyak jumlahnya. "Penerbitan MTN relatif lebih mudah daripada obligasi. Jadi, emiten yang membutuhkan dana tidak terlalu banyak dan cepat, tetap akan menerbitkan MTN," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini