Tawaran PLTA dari Jazirah Teluk Persia



JAKARTA.  Inilah oleh-oleh hasil lawatan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Sofyan Djalil ke Teheran, Iran, akhir pekan lalu. Investor asal Iran menyatakan minat berinvestasi ke sektor ketenagalistrikan di Tanah Air.

Dalam kesepakatan tersebut, investor Iran janji akan  membangun 48 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berukuran mini di Indonesia dengan kapasitas 1 megawatt (MW) sampai 10 MW. Adapun investasinya US$ 1,5 juta hingga US$ 2 juta per MW.

Sudirman menyatakan, kerjasama di bidang ketenagalistrikan khususnya pembangunan 48 PLTA tersebut masih dalam tahap penjajakan. "Sedang dilakukan tetapi belum sampai detail lokasi dan volume," terangnya kepada KONTAN, Selasa (26/5).


Sudirman menyatakan, Iran  terbilang cukup maju dalam industri ketenagalistrikan. Karena itu Indonesia perlu mempelajari penguasaan teknologi dari sana. Namun sayangnya, Sudirman belum bisa membeberkan berapa besar perkiraan nilai investasi yang bisa dihimpun dari kerjasama bisnis antara kedua negara tersebut.

Yang jelas, investor yang akan membangun 48 PLTA tersebut berasal dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Iran maupun Swasta. Mereka akan bekerjasama dengan BUMN dan swasta Indonesia. "Dua duanya, swasta maupun BUMN. Dan swasta Iran menawarkan skema Turkey Project," jelasnya.

Sayang, Sudirman belum membeberkan nama perusahaan BUMN asal Iran dan pihak swasta asal Iran yang berminat serius untuk investasi setrum ke Indonesia. "Sementara jangan dulu nama perusahaannya ya," kata dia.

Menanggapi adanya investor Iran yang bakal masuk ke Indonesia, Sekretaris Perusahaan PT Sumberdaya Sewatama Nadia Diposanjoyo mengungkapkan, perusahaan ini  siap menyambut peluang pengembangan 48 pembangkit listrik tenaga air (PLTA) bersama investor asal Iran. "Biasanya setelah ada pengumuman ini, pemerintah akan melakukan tender kapabilitas. Kami siap," ujar Nadia.

Menurut dia, Sumberdaya Sewatama memiliki kompetensi dan portofolio di bidang pembangkit listrik tenaga air. Dari sisi sumber daya manusia, kapabilitas dan lainnya perusahaan ini sudah memilikinya. Meski demikian, Nadia mengakui, untuk menggarap proyek pembangunan PLTA, kata dia, tidak semudah membalik telapak tangan.

Setelah pemerintah membuka peluang 48 titik PLTA itu, masih harus dilakukan studi debit air lalu melakukan feasibility study dan studi potensinya. "Selain itu perlu dilakukan koordinasi mengenai lokasi lahan, apakah melewati kawasan hutan atau tidak, apakah melewati tanah beberapa kabupaten, kepada siapa perizinannya, ini dikoordinasikan dulu," paparnya

Grup besar juga siap

Vice President Media Group Rerie Lestari Moerdijat menjelaskan, hingga kini pihaknya belum mengetahui dan mempelajari adanya peluang kerja sama pembangunan 48 PLTA antara Indonesia dan Iran.        "Belum ada perencanaan ke arah situ," beber dia.

Namun, jika ada perusahaan Iran yang mengajak pihaknya bermitra dalam proyek tersebut, pihaknya akan selalu siap dengan catatan harus ada kesesuaian, kecocokan dan chemistry.  "Apakah visinya sama? Sementara ini belum tahu," ujarnya.

Sedangkan Chief Executive Officer Bosowa Erwin Aksa menegaskan, pihaknya tidak terlibat dalam rencana kerja sama pembangunan 48 pembangkit listrik tenaga air (PLTA) antara Indonesia dan Iran. "Saya enggak ikut kalau di PLTA," imbuh dia.

Jurubicara Group Kalla Andi Asmir juga menyatakan belum mendapatkan informasi mengenai adanya kerja sama Indonesia dan Iran membangun 48 PLTA. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia